PARTISIPATORY
RURAL APRAISAL PENGKAJIAN PEDESAAN SECARA PARTISIPATIF
Pokok Bahasan : Metodologi PRA
Sub Pokok
Bahasan : 1. Terminologi dan Pengertian PRA
Tujuan :
Metode :
·
Ceramah Tanya
jawab
·
Sumbang saran
·
Penegasan
Media/alat
bantu :
·
Hand out
·
Infokus
·
Kertas flipcart
·
Spidol
·
Plano
·
Selotip besar
Waktu : 1 sessi ( 60
menit)
Proses :
1.
Fasilitator/pemandu memberikan pengantar singkat tentang istilah PRA dan menjelaskan
tujuan dari sub pokok bahasan tersebut.
2.
Fasilitator/pemandu menjelaskan latar belakang penerapan
PRA sebagai metologi;
3.
Berikan kesempatan pada peserta bertanya terhadap hal-hal
yang mereka rasakan kurang jelas.
4.
Bila ada pertanyaan, tawarkan kepada peserta mungkin ada
yang mau sumbang saran
5.
Berikan pencerahan seperlunya pada akhir sessi
Terminologi dan Pengertian PRA
A. Definisi /Istilah PRA
“ Participatory”
= Partisipasi = Keikutsertaan
·
“Siapa ikut serta dalam kegiatan siapa?”
·
Cita-cita PRA
adalah kegiatan pembangunan dimiliki
sendiri oleh masyrakat, karena itu: yang ikut serta adalah orang luar
“ Rural”=
Pedesaan ;
· Bisa juga untuk mengkaji daerah perkotaan
· Bisa juga untuk mengkaji struktur dan fungsi lembaga
“ Relaxed” =
Santai, non Formal
· Tidak sekedar “jalan-jalan”
· Tetapi menelusuri “benang merah” dalam analisis situasi
“Appraisal”
= Pengkajian
· Tidak terbatas pada penggalian data melainkan juga
· mengolah informasi melalui visualisasi
· Menganalisis bersama masyarakat
· Merencanakan kegiatan bersama berdasarkan temuan
Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan
suatu metode atau pendekatan yang digunakan untuk memperoleh informasi,
menganalisis dan meningkatkan pengetahuan tentang kehidupan dan kondisinya
sebagai dasar dalam membuat perencanaan dan aksi dengan melibatkan masyarakat
secara aktif. PRA memberikan ruang yang luas kepada masyarakat sebagai pelaku
aktif atau subjek yang mengambil inisiatif dalam metode dan aksi.
Dengan kata
lain “menyerahkan pengelolaan kepada
orang dalam”, peran orang luar sebagai “fasilitator
dan katalisator” proses di komunitas yang siap melakukan perubahan. PRA
mengarahkan proses analisis terhadap situasi yang dialami oleh subjek dirinya,
artinya fenomena dan deskripsi situasi akan menjelaskan aspek perilaku dan
peristiwa yang dialami secara intelektual dan emosional.
Terminologi
lain tentang PRA yaitu, pendekatan dan teknik-teknik pelibatan masyarakat dalam
proses pemikiran yang berlangsung selama kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
serta pemantauan dan evaluasi program pembangunan masyarakat. Sekumpulan
pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta
meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi
mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan (Chambers,
1992). PRA merupakan suatu pendekatan dan metode yang berkembang agar
masyarakat lokal mampu membagi, meningkatkan dan menganalisis pengetahuan
tentang kehidupan dan kondisinya, membuat rencana dan bertindak (FADO, 2001).
PRA
memungkinkan orang desa mengungkapkan dan menganalisis situasi mereka sendiri
dan secara optimal merencanakan dan melaksanakan maksud dan tujuannya di
desanya sendiri. PRA sebagai alternatif
yang digunakan untuk melakukan penilaian pedesaan yang lebih
partisipatif dengan menekankan unsur proses dan efektivitas cara yang
dilakukan.
Tujuan PRA
Secara umum PRA bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji fenomena,
peristiwa, kapasitas, dan kehidupan sosial dalam upaya membangun aksi bersama
dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama atau subjek pembangunan.
Aspek strategis dalam PRA yaitu;
·
Menempatkan
anggota masyarakat sebagai penentu, subjek dan pemeran utama dalam pembangunan.
·
Menempatkan pihak luar sebagai fasilitator proses.
·
Meningkatkan kapasitas masyarakat melalui aksi bersama
dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.
·
Proses pembelajaran bagi masyarakat dalam menganalisis
situasi dan mengidentifikasi kebutuhan, desain dan melaksanakan pembangunan.
·
Meningkatkan interaksi dan perilaku masyarakat dalam
kegiatan pembangunan
Secara praktis tujuan PRA untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan,
potensi, dan sumber daya sebagai masukan dalam kegiatan perencanaan,
pelaksanaan serta evaluasi program pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Aksi bersama di tingkat komunitas dilakukan melalui perencanaan
kegiatan, monitoring proses dan evaluasi.
Mengapa PRA ?
PRA
dikembangkan berdasarkan suatu pengalaman, tradisi dan metode yang telah
dikembangkan sebelumnya. Kepopuleran metode ini tidak lepas dari kritik dari
berbagai kalangan akademisi maupun praktisi serta pengujian terhadap kehandalan
dan kekinian sebagai suatu cara dalam perencanaan pembangunan berbasis
masyarakat. Perjalanan panjang dalam suatu proses pengembangan metodologi, PRA
mengalami perubahan dari segi konsep dan penerapan di lapangan. Hingga saat ini
metode ini masih populer diterapkan terutama di negara-negara berkembang yang
mengalami proses transisi menuju bentuk masyarakat demokratis. PRA dapat
dipandang sebagai bagian dari proses perkembangan pemikiran tentang konsep
pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
Selanjutnya
alasan apa saja yang mendasari PRA berkembang sebagai sebuah metode alternatif
dalam pembangunan masyarakat;
1. Kritik terhadap model pembangunan yang tersentralisasi
PRA muncul
sebagai reaksi terhadap gagasan dan model pembangunan yang lebih mengutamakan
pertumbuhan dengan berbagai faktor yang memperkuat mekanisme global yang kurang
menyentuh kepentingan masyarakat miskin. Model ini, menempatkan posisi
penyelenggara negara sebagai pelaku utama yang menentukan proses pembangunan.
Pembangunan lebih banyak diputuskan oleh sekelompok orang, birokrasi atau
pemegang kekuasaan secara sentralistik tanpa melibatkan secara langsung
masyarakat yang menjadi sasaran. Pengelolaan pembangunan sangat bersifat “top down” diturunkan “dari atas ke bawah”. Masyarakat
ditempatkan sebagai objek pembangunan dengan ruang keterlibatan yang sangat
terbatas.
Meskipun
pemerintah menyusun rencana pembangunan melalui proses penjajagan kebutuhan (need assessment) masyarakat, namun
prosesnya sangat tergantung suatu studi, survey dan penelitian akademis tanpa
pelibatan masyarakat. Interpretasi hasil studi lebih mengarah pada judgment ahli atau peneliti yang menjadi
dasar para pengambil keputusan untuk menyusun rencana dan tindakan untuk
masyarakat.
Berbagai kritik terhadap model pembangunan yang bersifat
(top down)
antara lain;
·
Menempatkan posisi penyelenggara negara, pemerintah dan
para pengambil keputusan sebagai pelaku utama dengan paradigma tradisional yang
memandang masyarakat sebagai pelaku pasif, perlu dikontrol, tidak dewasa,
pelaksana pembangunan atau pihak yang harus dilayani.
·
Penelitian yang dilakukan lebih bersifat akademis dengan
eksplanasi logis dari para peneliti atau pemrakarsa program, sehingga hasil
kajian lebih banyak dipangaruhi oleh pikiran dan pandangan peneliti sendiri.
Nilai terapan sangat lemah, sehingga menimbulkan kesenjangan antara apa yang seharusnya
terjadi dengan realitas yang terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian, hasil
kajian kurang menyentuh kebutuhan yang sesungguhnya dirasakan masyarakat.
·
Keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan
“diturunkan” dalam bentuk “hidangan siap saji” yang belum tentu dapat dinikmati
oleh masyarakat. Pemerintah berperan sebagai pemrakarsa dan perencana
pembangunan, masyarakat sekedar sebagai pelaksana. Masyarakat tidak merasa
“memiliki” karena seringkali tidak ditemukan keterikaitan antara perencanaan
yang dihasilkan dari sebuah penelitian dengan penerapan praktis di lapangan.
Program yang diluncurkan tidak terintegrasi dengan kehidupan masyarakat,
sehingga nilai keberlanjutan sulit dirasakan.
·
Proses belajar yang terjadi bersifat statis dan kaku.
Masyarakat diperlakukan seperti kotak kosong yang tidak memiliki kapasitas dan
diisi oleh gagasan dan program dari atas. Belajar dipandang sebagai proses
mekanisasi bukan pembentukan perilaku dan pendewasaan. Transfer of capacity (pengetahuan, keterampilan dan teknologi)
tidak berjalan secara optimal. Kapasitas perencanaan, pengorganisasian dan
evaluasi tetap di miliki oleh “orang luar”, masyarakat tetap dalam situasi
terbelenggu serta tidak membangun kreativitas.
2. Munculnya Gagasan Pembangunan Partisipatif
Kritik terhadap
pembangunan yang bersifat top down
melahirkan beragam pemikiran pengembangan program alternatif yang lebih
partisipatif. Pola tersentralisasi yang memandang masyarakat sebagai objek
pembangunan menghasilkan berbagai kesenjangan dan ketidakadilan serta
eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya tanpa mempertimbangkan
kepentingan masyarakat dan lingkungan. Keberhasilan pembangunan hanya ditinjau
dari indikator pertumbuhan, restrukturisasi, investasi modal dan pelayanan
publik secara terbatas. Faktor budaya, kepemilikan dan modal sosial kurang
diperhatikan. Atas dasar ini, muncul istilah “partisipasi masyarakat” melalui “bottom up planning” yang berupaya
mempertemukan aspek pengembangan wilayah dengan kebutuhan masyarakat.
Masyarakat sejak awal dilibatkan dalam proses pembangunan mulai dari proses
pengambilan keputusan, perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan evaluasi
program. Apabila masyarakat dilibatkan dalam keseluruhan proses pembangunan,
akan mendorong rasa kepemilikan terhadap program.
Disamping itu, untuk mengurangi kesenjangan
antara program yang direncanakan dengan kebutuhan masyarakat. Prakarsa dengan
sendirinya akan muncul dari masyarakat termasuk tanggung jawab dan kontrol
kualitas terhadap program yang dilaksanakan. Di masa yang akan datang
ketergantungan terhadap pihak luar dalam pengambilan keputusan dan perumusan
program secara bertahap dapat dikurangi hingga masyarakat secara mandiri
melakukan aktivitas sebagai bagian integral dari kehidupannya.
.
3. PRA Sebagai
Alternatif
Kebutuhan akan
metode dan pendekatan partisipatif melahirkan pemikiran,gagasan strategis dan
praktis yang dapat diterapkan oleh berbagai kalangan baik pemerintah, swasta
maupun LSM untuk membuat perencanaan dan pengembangan program pembangunan yang
melibatkan masyarakat. Salah satu alternatif yang dikembangkan dikalangan
akademisi dan praktisi yaitu metode atau pendekatan yang dikenal dengan PRA yang
didasari prinsip-prinsip partisipasi masyarakat dengan berbagai alat
terapannya.
PRA diharapkan
mengakomodasi kebutuhan peran dan keterlibatan masyarakat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan evaluasi kegiatan menjadi dasar
pengembangan teknik dan pengambilan kesimpulan. Secara garis besar latar
belakang dikembangkanya teknik PRA didasarkan asumsi;
Pertama, adanya kebutuhan tentang cara dan metode kajian yang
mudah dan praktis dapat digunakan bersama masyarakat untuk pengembangan program
yang secara nyata menjawab kebutuhan masyarakat. Penerapan PRA sebagai bagian
dari tindakan “penelitian” yang lebih menekankan pada aspek penerapan praktis
bukan pada aspek disiplin ilmiah. PRA mendorong masyarakat untuk belajar (learning process) tentang dirinya bukan
ditekankan pada subjek kajian dan nilai-nilai yang dihasilkan dari suatu
analisis. Artinya aspek keilmuan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
upaya pembelajaran masyarakat. Disamping itu, PRA lebih diarahkan dalam
pengembangan nilai prkatis pengembangan program masyarakat yang mudah dicerna
dan direalisasikan di tingkat desa dengan sumber daya yang dimilikinya.
Diharapkan
masyarakat dikalangan “grassroot”
dapat memahami secara sederhana dan mampu melakukan sendiri dengan mengurangi
keterlibatan orang luar. Bagi kalangan akademis penerapan PRA mendapat kritik
yang sangat tajam terkait dengan ketepatan data dan ketajaman analisis. Namun
hal ini dapat diimbangi dengan penerapan metodologis secara tepat serta
melibatkan peneliti atau tenaga ahli bersama dengan masyarakat.
Kedua, kebutuhan pendekatan program pembangunan yang bersifat
lokal, berkelanjutan dan mengandung nilai-nilai kemanusiaan. PRA merupakan cara
yang digunakan untuk mengembangkan suatu kajian dengan melibatkan masyarakat
baik secara intelektual dan emosional. PRA memandang masyarakat sebagai suatu
keseluruhan, pelaku aktif, subjek pembangunan yang melakukan penelitian,
menyusun rencana, mengorganisasikan, mengawasi dan mengevaluasi programnya
secara mandiri. PRA diharapkan dapat mendorong tercapainya suatu sistem
masyarakat yang demokratis, berdaya dan memperkuat kapasitas dalam menemukan
dan mengenali permasalahan dan menentukan solusi yang tepat didasarkan
pengalaman dan perubahan yang terjadi. Peningkatan kemampuan masyarakat
berjalan secara alamiah melalui proses pembelajaran sepanjang hayat.
Masyarakat
tidak ditempatkan sebagai konsumen yang menggunakan berbagai alternatif solusi
yang ditawarkan oleh lembaga riset dan program, tetapi membangun paradigma dari
oleh dan untuk masyarakat. Aspek keberlanjutan diukur dari kemampuan adopsi
yang dilakukan oleh masyarakat baik secara individu atau kelompok dalam
menyerap pengetahuan, keterampilan dan teknologi tepat guna dengan landasan
nilai-nilai kemanusiaan. PRA mendorong pengembangan model pembangunan berbasis
masyarakat yang memandang pembangunan bukan hanya dari aspek pertumbuhan fisik
dan material saja tetapi mencakup aspek mental, sosial dan keseimbangan
komunitas (keberagaman).
Sub Pokok
Bahasan : 2. Prinsip- Prinsip PRA
Tujuan :
·
Peserta memahami prinsip-prinsip PRA
Metode :
·
Pengantar
·
Diskusi Kelompok
·
Disple
·
Penegasan
Media/alat
bantu :
·
Hand out
·
Infokus
·
Kertas flipcart
·
Spidol
·
Plano
·
Selotip besar
Waktu : 1 sessi ( 60
menit)
Proses :
1.
Fasilitator/pemandu menjelaskan tujuan dari sub pokok
bahasan tersebut.
2.
Selanjutnya lakukan pendalaman pemahaman PRA bagi peserta
dengan membagi dalam kelompok diskusi yang berangotakan 5-7 orang
3.
tugas kelomok adalah mendiskusikan ” Apa/bagaimana prinsip-prinsip PRA”
4.
Berikan waktu yang cukup untuk melakukan diskusi
kelompok.
5.
Minta masing-masing kelompok presentasi secara bergiliran
6.
Beri kesempatan kepada kelompok lain mengajukan saran
maupun kritikan terhadap kelompok yang telah menyampaikan diskusinya,
7.
Fasilitator/pemandu memberikan penegasan/pencerahan
setelah semua kelompok melakukan presentasi;
PRINSIP-PRINSIP
PRA
1. Belajar dari Masyarakat
Prinsip yang paling mendasar dalam PRA
adalah bahwa PRA merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. PRA di bangun pada pengakuan
serta kepercayaan akan nilai dan relevansi pengetahuan tradisional masyarakat
serta kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah sendiri. Prinsip
ini merupakan pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat ”
mengajari” masyarakat.
2. Orang Luar sebagai Fasilitator, Masyarakat
sebagai Pelaku.
Konsekuensi dari prinsip pertama adalah perlunya ”orang luar” meyadari
perannya sebagai ”fasilitator’ dan bukannya sebagai ”pelaku”, ”guru”,
penyuluh”, atau peneliti.” bahkan peran ”orang luar” secara bertahap terus
dikurangi.
3. Saling Belajar, saling Berbagi Pengalaman
Harus dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan masyarakat dan pengetahuan
orang luar saling melengkapi dan sama nilainya. Oleh karena itu proses PRA
adalah ajang dialog antara kedua pengetahuan itu untuk saling melahirkan
sesuatu yang lebih baik.
4. Keterlibatan semua Kelompok Masyarakat
Kekeliruan yang sering dilakukan adalah
mengganggap bahwa pimpinan formal, tokoh masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat, dapat mewakili seluruh masayarakat. Hal demikian yang
kemudian melahirkan program-program yang hanya memenuhi kepentingan suatu
golongan tertentu dan tidak didukung oleh masyarakat secara umum. Dalam PRA
keterlibatan semua golongan masyarakat sangat penting, golongan yang paling
harus di perhatikan justru mereka yang paling sedikit memeliki akses dalam
kehidupan sosial komunitasnya (golongan paling miskin, kasta terendah,
perempuan, anak) Kreteria penggolongan kelompok masyarakat tersebut dapat didiskusikan
bersama masyarakat sendiri melalui teknik-teknik PRA.
5. Santai dan Informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang
bersifat luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi yang yang santai
ini akan menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk
sebagai anggota kelompok diskusi, bukan sebagai ”tamu asing” yang oleh
masyarakat harus disambut dengan upacara khusus.
6. Menghargai Perbedaan .
Masyarakat yang hedrogen terdiri dari orang-orang
yang memiliki pandangan pribadi atau yang merupakan pandangan golongannya
sendiri. Oleh karena itu semangat yang harus dibina dalam melakukan kegiatan
PRA yaitu salaing menghargai, inti dari
kegiatan PRA sendiri adalah mencoba melihat sejumlah variasi informasi dan
masalah, bukan memberikan rata-rata hasil.
7. Trianggulasi
Dalam kajian informasi tidak semua sumber informasi senantiasa bisa
dipercaya ketepatannya. Untuk mendapatkan informasi yang benar bisa diandalkan
dengan menggunakan prinsip 'triangulasi' informasi, yaitu pemeriksaan dan
periksa ulang, melalui:
a. Keragaman
Teknik PRA
· Setiap teknik
PRA punya kelebihan dan kekurangan. Tidak semua informasi yang dikumpulkan dan
dikaji dalam satu teknik PRA dapat dipercaya. Melalui teknik-teknik lain,
informasi tersebut dapat dikaji ulang untuk melihat apakah benar dan tepat.
· Karenanya kami perlu melihat bagaimana
teknik-teknik PRA dapat saling melengkapi, sesuai proses belajar yang
diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan.
b. Keragaman
Sumber Informasi
·
Masyarakat selalu memiliki bentuk hubungan yang kompleks
dan memiliki berbagai kepentingan yang sering berbeda bahkan bertentangan.
·
Informasi yang berasal dari sumber tunggal atau terbatas
tidak jarang diwarnai oleh kepentingan pribadi. Karena itu sangat perlu
mengkaji silang informasi dari sumber informasi yang berbeda.
·
Dalam melaksanakan PRA perlu diperhatikan bahwa :
- tidak didominasi oleh beberapa orang atau elit desa saja tetapi
melibatkan semua pihak, termasuk yang termiskin dan wanita.
- sumber Informasi lain juga dapat dimanfaatkan seperti sumber sekunder
yang berada di desa.
c. Keragaman Latar Belakang Tim Fasilitator
· Fasilitator PRA biasanya punya latar
belakang atau keahlian khusus. Selalu ada resiko bahwa dia mengutamakan
'keahlian' dia sendiri (bias), walaupun sering kali kami tidak sadar.
· Untuk
menghindari bahwa kepentingan fasilitator akan menentukan temuan PRA, lebih
baik membentuk Tim 'multi-disiplin' atau 'Polivalen', yaitu suatu tim yang
terdiri dari orang dengan latar belakang, keahlian, jenis kelamin yang berbeda.
8. Belajar dari
Kesalahan
PRA bukalah suatu perangkat teknik yang telah selesai, sempurna dan pasti
benar. Diharapkan teknik-teknik ini senantiasa bisa di kembangkan sesuai dengan
keadaan kebutuhan setempat. Dengan demikian, melakukan kesalahan, yang sering
dianggap tidak wajar, dalam PRA adalah sesuatu yang wajar. Yang penting
bukanlah kesempurnaan dalam penerapan, tetapi penerapan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuan yang ada belajar dari
kekurangan-kekurangan/kesalahan-kesalahan yang terjadi, agar kegiatan berikutnya
menjadi lebih baik.
9. Orientasi Praktis
PRA berorientasi praktis, yakni pemecahan masalah dan pengembangan program.
Untuk itu dibutuhkan informasi yang relevan dan memadai, dan bukannya semua
informasi yang bisa diperoleh tentang suatu hal. Yang dibutuhkan adalah
pengetahuan yang optimal tidak semua informasi perlu dicari dan digali dengan
sedalam-dalamnya.
10. Mengoptimalkan Hasil
Pelaksanaan kegiatan PRA memerlukan waktu dan tenaga, narasumber, tenaga
yang terampil dan partisipasi masyarakat , yang keseluruhannya berkaitan dengan
dana/uang. Sementara semangat untuk mengembangkan metode ini tidak dapat
dibendung lagi,dana dan tenaga yang tersedia senantiasa terbatas. Untuk
mendayagunakan ’biaya’ dalam arti luas tersebut (personil yang terbatas, kekurangan
waktu, jumlah dana yang tersedia dan sebagainya) untuk kegiatan PRA yang
memberikan manfaat optimal dengan penggalian informasi yang sahih, tidak ada
pilihan lain bagi kita selain mengoptimalkan hasil dengan pilihan yang
menguntungkan.Pilihan yang diambil harus menyangkut antara lain kuantitas
informasi dan kualitas atau akurasi informasi.
11.
Keberlanjutan
Kepentingan-kepentingan dan maslah-masalah masyarakat tidaklah tetap,
tetapi berubah dan bergeser menurut waktu sesuai dengan berbagai perubahan dan
perkembangan baru dalam masyarakat itu sendiri. Karenanya pengenalan masyrakat
bukanlah suatu uasaha yang sekali dilakukan kemudian selesai, namun merupakan
suatu usaha yang berlanjut. Metode bukanlah sebuah ”paket kegiatan PRA’ yang
selesai setelah kegiatan penggalian informasi dianggap cukup, dan orang luar
yang memfasilitasi kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan jiwa yang harus
dihayati oleh lembaga dan para pelaksana di lapangan, agar program yang mereka
kembangkan secara terus menerus
melandaskan diri dari prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi
masyarakat.
Sub Pokok
Bahasan : 3. Proses dan Langkah Penerapan PRA
Tujuan :
·
Peserta memahami dan
bisa melakukan Proses dan Langkah
PenerapanPRA
Metode :
·
Pengantar
·
Diskusi Kelompok
·
Disple
·
Penegasan
Media/alat
bantu :
·
Hand out
·
Infokus
·
Kertas flipcart
·
Spidol
·
Plano
·
Selotip besar
Waktu : 1,5 sessi ( 90
menit)
Proses :
1.
Fasilitator/pemandu menjelaskan tujuan dari sub pokok
bahasan tersebut.
2.
Selanjutnya lakukan pendalaman pemahaman penerapan PRA
bagi peserta dengan membagi dalam kelompok diskusi yang berangotakan 5-7 orang
3.
tugas kelompok adalah mendiskusikan ” Apa/bagaimana proses dan langkah – langkah
penerapan PRA”
4.
Berikan waktu yang cukup untuk melakukan diskusi
kelompok.
5.
Minta masing-masing kelompok presentasi secara bergiliran
6.
Beri kesempatan kepada kelompok lain mengajukan saran
maupun kritikan terhadap kelompok yang telah menyampaikan diskusinya,
7.
Fasilitator/pemandu memberikan penegasan/pencerahan
setelah semua kelompok melakukan presentasi;
PROSES
PENERAPAN DAN LANGKAH-LANGKAH PRA
A. PROSES
PENERAPAN PRA
1. PERSIAPAN
Tujuan persiapan : (1) memperoleh hasil yang optimal, (2) memperkecil
resiko kegagalan (3) mempermudah pelaksanaan dilapangan
Pembentukan Tim
PRA (tim perumus/pemandu)
Tim perumus/pemandu tidak selalu dibentuk secara khusus. Pada waktu awal
tim biasanya hanya terdiri atas pimpinan
program, pelaksana program,wakil masyrakat dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pada penerapan PRA untuk tujauan penggalian informasi tehnis, pemekaran
jumlah anggota tim dilakukan misalnya dengan menambah narasumber untuk
bidang-bidang teknik tertentu. Tenaga ahli/narasumber dari luar tidak selalu
diperlukan, tergantung pada tahapan perkembangan program, masalah yang dihadapi
serta tujuan kegiatan PRA itu sendiri.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pembentukan tim :
Proporsi Tim :
Latar belakang tim harus beragam,
berdasarkan mata pencaharian/pekerjaan , umur, jenis kelamin, pengelompokan
sosial dan ekonomi dst.
Proporsi ”orang luar ” dan ”orang dalam” sebaiknya seimbang. Jika terlalu
banyak anggota ”orang luar”. Maka akan berpengaruh kurang baik pada interaksi
dalam tim dalam proses pelaksanaan PRA. Perlu dihindari dominsi ” orang luar”
baik dalam diskusi maupun proses penerapan PRA secara keseluruhan.
Menyamakan
pandangan anggota-anggota tim.
Langkah ini dilakukan untuk membangun keutuhan tim. Dan ini sangat penting
kalau terdapat anggota tim yang ”baru”
dan belum berpengalaman atau belum mengenal wilayah diprogram yang bersangkutan.
Kegiatan ini dilakukan antara lain bisa membahas gambaran wilayah peserta
program, proses pelaksanaan dan bila perlu dilakukan kembali penggunaan teknik
PRA yang akan di pergunakan.
Pembagian peran
dalam tim :
Untuk memperlancar pelaksanaan PRA, maka anggota tim sebaiknya membagi diri
dalam beberapa peran :
· Pemandu,
tugasnya adalah mendorong masyarakat peserta kegiatan untuk mendiskusikan
diantara mereka sendiri, membangun proses, memfasilitasi penggalian informasi,
membantu menganalisis dan mencatat poin-poin penting secara garis besar selama
proses berlangsung.
· Pemerhati
proses, tugasnya mendampingi dan
membantu pemandu dalam memperlancar kegiatan serta menjaga proses agar sampai
tujuan. Apabila terjadi hal-hal yang kurang atau tidak teraarah tugasnya untuk
mengingatkan pemandu dengan cara yang tidak terlalu mencolok.
· Pencatat,
tugasnya adalah melakukan dokumentasi proses hasil secara lengkap dan
terperinci.
· Penerjemah,
tugasnya sangat penting yaitu membantu anggota tim yang tidak menguasai bahasa
daerah yang bersangkutan.
2. PENENTUAN KEBUTUHAN INFORMASI
Penentuan kebutuhan informasi diperluakan untuk menghemat waktu, tenaga
serta biaya. Juga diharapkan dapat memaksimalkan proses dan hasil perencanaan
yang dibuat. Jenis informasi memiliki dua katagori utama yaitu informasi
menurut tingkat kedalamannya dan informasi menurut luas cakupannya.
Informasi
menurut tingkat kedalamannya
a.
Informasi umum adalah informasi yang bersifat umum untuk menggambarkan
(deskripsi keadaan, biasa dilakuakan pada tahap penjajagan (ekplorasi)
kebutuhan. Antara lain untu menkjawab pertanyaan :
·
Apa masalah yang ada? Kapan
masalah itu timbul? Bagaimana masalah
itu timbul?
·
Apakah masalah
itu mempengaruhi timbulnya masalah yang lain, sudah berapa lama masalah itu
berlangsung, apakah masyarakat menyadari adanya masalah itu. Apa upaya yang
sudah dilakukan. Apa hasil upaya-upaya tersebut, apa tindakan selanjutnya,
faktor apa penyebab masalah, apa akibanya dalam kehidupan masyarakat?
b.
Informasi khusus adalah informasi yang sudah mendalam,
bersifat analisis (ada penjelasan). Biasanya untuk menjawab pertanyaan mengapa
masalah terjadi? Mengapa upaya-upaya yang dilakukan belum mengatasi masalah?
c.
Informasi
spesifik adalah
informasi yang semakin dalam dan spesifik, terjadi dalam proses yang terus
dalam penggalian informasi, akhirnya
memunculkan sejumlah alternatif rencana kegiatan atau rekomendasi untuk
perogram. Untuk menjawab pertanyaan antara lain alternatif apa yang bisa
diajukan untuk mengatasi maslah? Teknik
operasionalnya apa dan bagaimana?
Informasi
menurut cakupannya
a.
Informasi luas diartikan
sebagai informasi tanpa pembatasan topik (topik campuran)
b.
Informasi topikal (FGD) diartikan sebagai informasi
dengan topik tertentu, misalnya topik pertanian, agroforestry, kesehatan,
jender dll.
c.
Informasi sub
topikal diartikan
sebagai turunan dari informasi topikal, misalnya mutu pertanian, sumber daya
pertanian, luas lahan, sumber air dll.
Untuk memperjelas pengertian diatas bisa diambil contoh informsi mengenai
sumber daya yang dapat digali dalam tiga kelompok informasi diatas :
· Informasi luas,
misalnya digali seluruh sumberdaya
yang ada, pertanian, peternakan
dll.
· Informasi
topikal, misalnya sumberdaya pertanian
· Informasi sub
topikal, misalnya sumberdaya kebun.
3. PENGKAJIAN DATA SEKUNDER
Data merupakan informasi yang sudah tersedia yang mencakup berbagai
ketrangan tentang kelompok masyarakat dan lingkungan tempat masyarakat tinggal,
misalnya : topografi, tataguna lahan, pengairan, jenis-jenis tanaman setempat,
dll.
Manfaat data
sekunder :
· Untuk mendapatkan
gambaran suatu wilayah, misalnya mata pencaharian penduduk, jumlah penduduk,
dll.
· Sebagai data
pembanding terhadap informasi yang diperoleh langsung dari masyarakat.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan
· Usaha
pengumpulan ini harus terarah, sesuai dengan kebutuhan.
· Harus di
perhatikan usia informasi data sekunder.
· PRA untuk
penjajakan kebutuhan data sekunder yang dibutuhkan bersifat umum, misalnya :
keadaan wilayah, sosial ekonomi masyarakat, dll
PRA dengan topik khusus, data sekunder dibatasi pada data yang menyangkut
bidang tertentu yang diinginkan.
Sumber data sekunder
· Dokumen
tertulis atau laporan dari lembaga pemerintah,swasta
· Makalah dan
artikel tentang wilayah setempat.
4. PEMILIHAN DAN PENGURUTAN PRA
Berdasarkan penentuan jenis informasi yang akan digali, maka dapat
ditentukan teknik yang akan dipergunakan untuk mengumpulakan informasi
tersebut. Teknik-teknik ini ditentukan berdasarkan kemampuannya da kesusuainnya
menggali jenis informasi yang dibutuhkan secara efektif serta kemungkinanya
melibatkan masyarkat secara katif.
Sebuah teknik
memiliki penekanan khusus terhadapt informasi tertentu
Meskipun setiap teknik dapat digunakan untuk menggali beberapa informasi
dengan tekanan berbeda secara bersamaan, tetapi bagaimanapun sebuah teknik
mempunyai penekanan khusus terhadap informsi tertentu. Misalnya Teknik Hubungan Kelembagaan (Diagram Venn)
penekanannya adalah pada penggalian informasi mengenai hubungan masyarakat
dengan berbagai lembaga yang ada di desa; Teknik
Penelusuran Alur Sejarah digunakan untuk mencari informasi umum; Matrik Ranking untuk membandingkan
keadaan dari dua maslah yang sudah terseleksi.
Sebuah
informasi tidak hanya dapat diperoleh melalui sebuah teknik tertentu.
Sebuah informasi dapat digali dengan menggunakan berbagai teknik. Misalnya
informasi tentang keadaan pemasaran yang di peroleh melalui teknik diagram
tentang pemasaran, dpat di lengkapi dengan hubungan kelembagaan, wawancara
rumah tangga petani atau teknik kecenderungan dan perubahan
Penggalian informsi di lapangan bukan sekedar mempraktekkan berbagai teknik
yang dipahami, tetapi lebih daripada itu juga pemilihan teknik yang tepat untuk
setiap informasi yang akan digali/dikaji. Mengubah teknik, menyesuaikan dengan
keadaan atau merancang teknik-teknik yang baru juga di perkenankan selama
teknik tersebut mampu menggali informasi yang diinginkan dan dapat diikuti oleh
masyarakat.
5. PENENTUAN SUMBER INFORMASI
Sumber informasi akan sangat menentukan ketepatan suatu informasi. Oleh
karena itu sebaiknya sumber informasi ini sudah diidentifikasi sejak dini.
Untuk mempermudah itu bisa di pelajari dari data sekunder & kunjungan awal.
Sebagai contoh untuk keperluan evaluasi ingin diketahuai keadaan awal
sebuah program yang dimulai beberapa tahun yang lalu, maka sumber informasi
yang tepat adalah masyarakat yang ikut terlibat dalam program tersebut pada
saat itu.
6. PEMBUATAN JADWAL TENTATIF
Jadwal ini sifatnya sangat fleksibel disesuaikan dengan proses yang terjadi
di lapangan. Diawal pelaksanaan kegiatan PRA, jadwal ini harus didiskusikan
dengan masyarakat karena perlu dibicarakan kembali masalah waktu dan tempat
kegiatan yang disetujui bersama (masyarakat).
Beberapa
hal yang sangat perlu diperhatikan dalam
penentuan waktu kegiatan :
· Perlu di
perhatikan waktu luang masyarakat agar tidak mengganggu pekerjaan/ kegiatan
sehari-hari.
· Ada teknik yang
bisa dilakukan malam hari, biasanya yang bisa dilakukan dalam ruangan. Ada pula
yang harus dilakukan pada siang hari, misalnya teknik transek.
· Ada kegiatan
PRA yang sebaiknya dilakukan secara berulang pada musim yang berbeda karena
berkaitan dengan musim, misalnya transek
atau sketsa kebun yang dilakukan musim kemarau dan penghujan pasti berbeda
hasilnya.
Dalam
menentukan tempat, beberapa hal yang perlu diperhatikan
· Mudah dicapai
oleh orang banyak
· Membuat peserta
merasa nyaman, artinya jangan dipilih tempat yang akan membuat peserta merasa
segan atau kurang bebas.
· Kalau kegiatan
dilakukan malam hari sebaiknya menggunakan ruangan yang luas. Siang hari bisa
dilakukan di halaman atau di lapangan atau lapangan dengan membuat tenda bila
ada kemungkinan hujan.
· Perhatikan
keadaan musim setempat, di daerah yang sering hujan dan berkabut tebal pada
malam hari, hampir mustahil melakukan kegiatan di lapangan dengan memasang
tenda dan lampu penerangan.
B. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN
1. PEMBAHASAN
MAKSUD, TUJUAN DAN PROSES
Berilah gambaran singkat mengapa kegiatan ini dilakukan, informasi apa saja
yang akan dikumpulkan dan manfaat
pengumpulan serta pembahasan
informasi ini. Jelaskan pula proses yang akan ditempuh. Untuk itu perlu
ada waktu tanya jawab dengan peserta PRA.
2. PROSES
PELAKSANAAN PRA
a.
Pengumpulan
informasi bersama masyarkat sesuai kebutuhan informasi dan teknik PRA yang akan digunakan dengan
mengacu jadwal tentatif yang telah disusun.
b.
Analisa bersama
dilakukan dengan memperbandingkannya, mencari hubungan sebab akibat antara
hal-hal yang diamati, dst. Analisa ini juga menjadi suatu refleksi atau
keberadaan masyarakat.
c.
Pengolahan data
bersama masyarakat yaitu menggambarkan kembali hasil-hasil pengamatan,
mengolong-golongkan, mengurutkannya, menyusun menurut peringkat tertentu dan
sebagainya.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam proses ini :
·
Informasi yang saling melengkapi
Kegunaan dari pemanfaatan berbagai teknik PRA adalah untuk memperoleh
keseluruhan informasi yang dibutuhkan secara lebih utuh selain trianggulasi.
Informasi yang telah diperoleh sebaiknya diperjelas bersama-sama.
·
Kombinasi teknik PRA
Kombinasi dari teknik PRA yang telah tersedia (yang memungkinkan memiliki
keterbatasan-keterbatasan) dapat dimanfaatkan secara kreatif.
·
Kesimabunagan analisa data
Perolehan informasi, fakta, data melalui teknik PRA harus disadari sebagai
penggalan-penggalan informasi, fakta, data yang relatif berdiri
sendiri-sendiri. Untuk itu perlu
melakukan analisa silang antara perolehan yang satu dengan yang lainnya
agar diperoleh gambaran yang lebih holistik.
·
Menyamakan kecepatan
Seringkali kita tidak sadari bahwa
kecepatan dan kemampuan setiap orang dalam menangkap dan mengakaitkan
informasi, fakta, dan data yang tersebar secara acak berbeda satu dengan yang
alain. PRA sebagai ajang pertemuan ”orang dalam” dan ” orang luar” harus dapat difasilitasi
keadaan ini dengan mensistematiskan secara perlahan informasi data dan fakta
yang diperoleh dari berbagai teknik PRA.
3. PENDOKUMENTASIAN
HASIL DISKUSI
Dokumentasi (pencatatan) merupakan langkah yang mutlak harus dilakukan.
Pokok-pokok penting setiap diskusi perlu dicatat dan catatan sebaiknya dibuat
sesegera mungkin setelah kegiatan yang bersangkutan agar tidak ada hal-hal
penting yang terlupakan. Gambar-gambar,bagan-bagan yang dibuat diatas tanah
perlu disalin lagi pada kertas. Kesimpulan bersama perumusan masalah perlu ada
catatan.
POKOK BAHASAN :TEKNIK-TEKNIK PRA
TEKNIK-TEKNIK
PRA :
·
PENELUSURAN
ALUR SEJARAH DESA
·
KECENDERUNGAN
PERUBAHAN
·
KALENDER
MUSIM
·
PETA DESA
·
PENELUSURAN
DESA
·
SKETSA
KEBUN/TATA GUNA LAHAN
·
HUBUNGAN
KELEMBAGAAN
·
ANALISA MATA
PENCAHARIAN
·
WAWANCARA
·
MASUKAN DAN
KELUARAN
·
PENGGORGANISASIAN
MASALAH
·
BAGAN
PERINGKAT/RANGKING
·
PENYUSUNAN
RENCANA KEGIATAN
Tujuan :
·
Peserta memahami alat-alat PRA
·
Peserta terampil menggunakan alat-alat PRA
·
Peserta memahami jenis informasi yang di kaji dan teknik
yang digunakan.
Metode :
·
Ceramah Tanya
jawab
·
Diskusi pleno
·
Simulasi/praktek
Media/alat
bantu :
·
Hand out
·
Infokus
·
Kertas flipcart
·
Spidol warna-warni
·
Garisan panjang (kayu)
·
Plano
·
Selotip besar
Waktu : 13 sessi ( 650
menit)
Proses :
1. Fasilitator/pemandu
menjelaskan bahwa materi ini merupakan kelanjutan dari materi sebelumnya;
kemudian jelaskan tujuan sesi secara singkat;
2. Tanyakan pada
peserta apakah mereka pernah mendengar
alat/teknik PRA?
Jika ya, mintalah peserta menyebutkan teknik yang mereka tahu.
3. Tuliskan semua
pendapat peserta pada kertas plano.
4. Setelah itu
tanyakan pada peserta sbb :
a. Apa manfaatnya
bagi masyarakat?
b. Informasi apa
saja yang bisa dikaji dari masing-masing teknik tersebut?
5. Berikan
penegasan dari masing-masing teknik tersebut dengan menggunakan bahan pegangan
pemandu.
6. Buktikan dan
yakinkan bahwa mereka mampu melaksanakan semua teknik itu dengan mencoba mempraktekkan secara bergantian.
7. Selesai praktek
langsung diberi masukan baik oleh peserta sendiri maupun oleh Pemandu.
A. PENELUSURAN
ALUR SEJARAH DESA (PASD)
Pengertian
·
Teknik PASD
adalah teknik PRA yang secara khusus dirancang untk mengungkapkan kembali
sejarah masyarakat di suatu lokasi
tertentu dengan memaparkan kembali kejadian-kejadian penting yang pernah
dialami di masa lampau,
·
Peristiwa-peristiwa
dalam sejarah tersebut disusun secara kronologis dimulai dari waktu selampau
mungkin yang masih dapat diingat dan diidentifikasikan sampai dengan dengan peristiwa-peristiwa saat ini.
·
Sejarah ini
digali masyarakat sendiri dalam diskusi bersama, orang luar hanya
memfasilitasi.
Tujuan
·
Untuk mengenali
dan mengetahui topik –topik penting yang terjadi dalam masyarakat masa lampau.
·
Untuk memahami
keadaan masyarakat masa kini dengan mengetahui latar belakang di masa lampau.
Manfaat
·
Dapat
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, masalah-masalah yang
ada, cara-cara masyarakat itu sendiri menyelesaikan.
·
Mengetahui
hubungan sebab akibat anatara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan
masyarakat.
·
Dapat memberi
gambaran tentang informasi lain yang masih perlu digali dengan teknik-teknik
PRA lainnya atau memberi konteks terhadap informasi-informasi lain yang telah
ditemukan terlebih dahulu. Misalnya informasi tambahan yang dapat menegaskan
hubungan sebab akibat yang telah ditentukan.
Langkah-langkah
penerapan
1.
PASD dapat
dimulai dengan menanyakan sejarah nama desa/kampung, penentuan patokan waktu awal yang akan diungkapkan (umur tertua
peserta atau kejadian paling lama yang dapat diingat)
2.
Dari informasi
yang terkumpul dipilih kejadian paling penting/besar untuk menjadi topik
diskusi atau pembahasan.
3.
Mencatat semua
peristiwa yang diceritakan dan pembahasannya.
Catatan :
Pada prinsipnya tehnis pelaksanaan dapat dikembangkan oleh fasilitator PRA
sesuai dengan keadaan setempat. Berikut ini salah satu contohnya :
1.
Pemandu menjelaskan tujaun dan aturan mainnya
2.
Kepada peserta dibagian lembaran-lembaran kertas.
3.
Peserta diminta menuliskan/menggambarkan
peristiwa-peristiwa yang pernah mereka alami dan tahun kejadian peristiwa itu.
4.
Pemandu membuat garis diatas tanah/diatas kertas,
dijelaskan sebagai ”garis waktu” .
5.
Seorang peserta diminta meletakkan kertas yang sudah
diisi pada garis waktu yang sudah dibuat. Kemudian diikuti peserta yang lain
meletakkan kertas-kertas mereka pada garis sengan urutan letaknya bersasarkan
waktu dengan mengacu pada kertas yang sudah diletakkan pada garis terlebih
dahulu.
6.
Setelah semua peserta setuju dengan urutan semua kertas,
masing-masing pemilik kertas diminta untuk menjelaskan dengan rinci kejadian
tersebut. Uraian iatu dicatat pada lembar kertas yang lain.
7.
Anggota diskusi yang lain diminta menanggapi penjelasan-penjelasan
yang diberikan.
8.
gambaran keseluruhan Alur Sejarah Desa kemudian
didiskusikan kembali masyarakt peserta PRA.
Bagan Alur Sejarah Desa Dasrokan, Kalimantan Tengah
|
B. BAGAN KECENDERUNGAN DAN PERUBAHAN
Pengertaian
Pembuatan Bagan Kecenderungan dan Perubahan
adalah teknik PRA yang dapat menggambarkan
kecenderungan dan perubahan berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan
masyarakat dari waktu-kewaktu.
Tujuan
·
Untuk mengenal berbagai perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang
kehidupan dalam jangka waktu tertentu dimasa
lampau, pada saat ini dan mungkin dimasa yang akan datang, serta melihat
hubungan antara berbagai perubahan tersebut.
·
Untuk “ membaca” atau memperkirakan berbagai perubahan yang terjadi di
suatu desa ke dalam bagan. Bagan tersebut dapat kita jadikan grafik
kecenderungan.
Manfaat
·
Dapat menganalisa berbagai topik dan mengkaji permaslahan yang berkaitan
dengan topik tersebut. Apabila topik-topik yang menonjol sudah teridentifikasi
oleh teknik Penelusuran alur sejarah desa,
dengan teknik ini penajaman pengalian informsi topik-topik tersebut bisa
dilakukan.
·
Dapat menggorganisir berbagai harapan yang ada di masyarakat serta
membantu masyarakat dalam menilai berbagai perubahan yang berdampak baik maupun
buruk kepada mereka.
·
Kita dapat menentukan rencana guna mengatasi masalah yang sedang dihadapi
dan mengantisipasi masalah yang diperkirakan akan muncul.
Langkah-langkah penerapan
1.
Jelaskan maksud & proses
pelaksanaan kegiatan
2.
Gambar kerangka yang akan
dipergunakan, yaitu matrik yang pada satu poros menunjukkan topik pengamatan
& poros yang lain menunjukkan waktu
3.
Sepakati dengan peserta diskusi
hal-hal berikut :
o Topik-topik utama yang akan didiskusikan, dan buatlah dalam bentuk gambar
yang sederhana.Misalnya gambar ternak, padi dan hasil panen padi, dll
o Simbol untuk menentukan penilaian : misalnya banyak sekali, banyak,
sedikit, sedikit sekali, dengan bahan-bahan yang ada seperti biji jagung,
kerikil dll
o Titik awal waktu yang akan dijadiakan patokan (kolom pertama) dan selang
waktu antara tiap kolom, misalnya tahun 1970, 1975 dst.
4.
Kalau masyarakat tidak terbisa
dengan sistem kalender, maka dapat digunakan patokan waktu yang lain, misalnya masa penjajahan, masa
pemberontakan dll. Dapat juga digunakan peristiwa-peristiwa khusus yang dialami
masyarakat, misalnya Gempa bumi, masuknya jalan aspal, dibangun gereja/masjid.
Kesepakatan waktu sangat tergantung kepada kemampuan peserta mengingat-ingat
peristiwa-peristiwa yang terjadi.
5.
Mulailah dengan diskusi ringan,
misalnya tentang luas kebun, tanah yang diolah masyarakat. Fasilitasi peserta
dengan menyampaikan informasi yang dibutuhkan. Informasi yang terkumpul
dirangkum dalam bagan yang telah disediakan dengan memasukakan gambar-gambar
dan nilai-nilai yang telah disepakati. Mintalah peserta untuk mengisi sendiri bagannya.
6.
Lakukan analisis terhadap bagan
yang sedang/sudah selesai diisi. Sebagai contoh : kalau peserta setuju dengan
adanya pengurangan hutan,tanyakan sebabnya. Carilah informasi tentang cara
masyarakat menagtasi masalah-masalahnya.
7.
Gambar seluruh proses &
hasilnya ditampilkan kembali kepada masyarakat oleh salah seorang anggota
masyarakat.
Bagan Peruabahan dan Kecenderungan
Desa Sukahaji, Subang
|
Daftar masalah dari Bagan Kencenderungan dan Perubahan
No
|
Masalah
|
Potensi
|
|
C. PENYUSUNAN KALENDER MUSIM
Pengertian
Penyususnan Kalender Musim merupakan teknik PRA
yang memfasilitasi penggalian informasi tentang keadaan dan permasalahan yang berulang dalam suatu kurun waktu
tertentu (musiman) dalam kehidupan masyarakat. Hasil kegiatan tersebut
dituangkan kedalam bagan berupa kalender kegiatan sejumlah topik tertentu,
biasanya dalam rentang waktu 12-18 bulan
Tujuan
·
Untuk mengetahui pola kehidupan masyarakat, masalah-masalah serta
hala-hal berulang dalam kurun waktu tertentu.
·
Untuk mengetahau pola pemanfaatan waktu oleh masyarakat, sehingga dapat
diketahui saat-saat mereka sibuk bekerja, saat sibuk dengan kegiatan lain
(sosial, agam, adat)dan saat-saat mereka mempunyai waktu luang.
Manfaat
·
Teknik ini merupakan media yang baik bagi petani dalam melakukan
pengkajian tentang keadaan usaha taninya. Melalui teknik ini dapat diketahui
masa-masa sulit dan masa-masa baik mereka serta keadaan-keadaan yang
mempengaruhi terjadinya masa-masa itu.
·
Informasi yang dapat diperoleh dapat menjadi masukan dalam pembuatan perencanaan
(disesuaikan dengan keadaan yang ada di masyarakat)
Langkah-langkah penerapan
1.
Tentukan pokok bahasan yang
akan didiskusikan bersama masyarakat. Misalnya kegiatan pertanian, ketersediaan
pangan, perkembangan hama, pengahasilan, dll. Sepakati pula simbol-simbol yang
akan digunakan.
2.
Buatlah kerangka bagan kalender
musim berupa garis mendatar dengan keterangan waktu dan tegak untuk topik-topik
yang akan didiskusikan
3.
Diskusiskan bagan dengan
masyrakat & sepakati titik awal waktu dimulainya pada garis waktu, misalnya
januari atau juni. Bisa juga dipakai penanggalan tradisional yang dibuat
masyarakat.
4.
Isi bagan yang telah dibuat
dengan mengisi sesuai dengan pokok bahasan yang telah disepakati.
5.
Setelah kalender terisi ajaklah
masyarakat untuk menganalisanya. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kritis &
analitis untuk menggerakkan proses ini, misalnya : mengapa peristiwa tertentu
hanya terjadi pada saat-saat tertentu (Mengapa sawah dikerjakan pada bulan
november?)Peristiwa mana yang paling berhubungan. (mengapa banyak orang sakit
diare pada musim kemarau?) bagaimanakah hubungan maing-masing peristiwa itu?
(apakah hubungan sebab akibat atau memang harus berurutan)
6.
Dokumentasikan proses &
hasil kegiatan ini.
Bagan Kalender
Musim, Desa Lemah Abang , Kerawang
|
Daftar masalah dari Bagan Kalender Musim
No
|
Masalah
|
Potensi
|
|
D. PEMETAAN DESA
Pengertian
Pemetaan adalah teknik PRA yang diguanakan untuk
kegiatan pembuatan peta tingkat desa yang mengambarkan atau melukiskan keadaan
wilayah desa tersebut dan lingkungannya. Ada peta-peta yang menggambarkan
keadaan umum wilayah, ada pula peta dengan tema tertentu yang menggambarkan hal-hal yang sesuai denga ruang lingkup tema;
misalnya peta wilayah yang menggambarkan
jenis-jenis tanah, peta sumberdaya, peta penyebaran penduduk, pola
pemukiman dan lain-lain.
Tujuan
Bersama-sama masyarakat mengenali keadaan desa
dan masyarakatnya sendiri, melalui peta yang dibuat bersama-sama. Disamping itu
juga untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan sebuah wilayah, baik yang
bersifat umum maupun lebih terperinci, tergantung skala peta tersebut. Pemetaan
dapat juga untuk lebih mengenali batas-batas suatu wilayah tertentu, misalnya
daerah kawasan hutan, kebun,dst.
Manfaat
Kegiataan pemetaan bersama masyarakat dapat
menimbulkan partisipasi masyarakat yang sangat baik, karena kegiatan ini cukup
mudah dan mengasyikkan dilakukan
berbagai lapisan masyarakat. Proses penggalian dan pengkajian informasi yang
berlangsung melalui diskusi memungkinkan masyarakat mengenal lebih
mendalam mengenai keadaan wilayah mereka
secara menyeluruh, termasuk pula pemenfatan sumber daya alam, keterkaitan
antara berbagai hal dan keadaan yang ada pada wilayah tersebut, serta berbagai
masalah dan potensi yang ada.
Bagi ” orang luar” juga bermanfaat untuk
mengetahui gambaran tentang keadaan wilayah, termasuk berbagai kejadian,
masalah, hambatan dan sumber daya yang ada di masyarakat. Disamping itu juga
dapat membantu ” orang luar” untuk menyelami cara berpikir masyarakat desa,
prioritas-prioritas mereka mengatasi masalah.dst.
Dalam proses PRA secara umum, informasi yang di
peroleh dari hasil kegiatan pemetaan dapat menjadi dasar bagi pemilihan dan
penggalian informasi dengan teknik-teknik PRA lainnya. Biasanya pemetaan
dilakukan sebagai dasar perencanaan program yang akan dilakukan. Juga dapat
dilakukan untuk keperluan evaluasi program
di waktu-waktu mendatang.
Langkah-langkah penerapan
1. Jelaskan tujuan pembuatan peta, bicarakan simbol-simbol yang akan
digunakan dan catat arti simbol-simbol tersebut.
2. Pembuatan peta ini dimulai dari
tempat-tempat tertentu yang disepakati masyarakat. Biarkan masyarakat melakukan
sendiri.
3. Peta dapat dimulai dengan bagian-bagian utama kemudian diikuti dengan
detail-detailnya, misalnya jalan setapak, nama sungai, batas dusun.
4. Langkah berikutnya adalah melengkapi peta dengan detai-detail khusus yang
sesuai dengan jenis peta yang akan dibuat, misalnya pembuatan peta mengenai
sumberdaya lingkungan yang perlu digambarkan adalah lahan-lahan pertanian,
lahan-lahan kritis, hutan dll.
5. Selama pembuatan peta, pemandu hendaknya selalau mengajak & mendororng masyarakat untuk berdiskusi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan peta tersebut. Berbagai maslah, petensi sumber daya, harapan dll.
6. Gambar peta. Dan diskusi dirangkum dengan pemandu untuk diangkat kembali
sebagai topik yang akan dibahas bersama masyarakat secara lebih mendalam.
7. Presentasikan kembali peta yang sudah jadi, diskusikan dan analisa. Bahas
maslah-masalah masyarakat yang muncul dalam proses pembuatan peta.
GAMBAR PEMETAAN DESA
|
Daftar masalah dari Pemetaan Desa
No
|
Masalah
|
Potensi
|
|
E. PENELUSURAN
DESA (TRANSEK)
Pengertian
Teknik penelusuran desa (transek) adalah teknik
PRA yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan penggalian informasi melalaui
pengamatan langsung ke lapangan dengan
cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang
disepakati. Hasil pengamatan selama penelusuran lokasi dituangkan ke dalam
bagan atau gambar irisan muka bumi. Secara harafiah arti transek adalah gambar
irisan bumi. Pada awalnya transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk
mengenali dan mengamati ”zona-zona
ekologi” (daerah-daerah khas lingkungan tertentu) disuatu daerah tertentu.
Tujuan
Teknik ini digunakan untuk menggali informasi
yang lebih dalam dan rinci tentang masalah potensi di suatu wilayah. Hasil
teknik ini juga dapat melengkapi informasi secara lebih jelas hasil
penggalian dengan kegiatan pemetaan.Oleh
karena itu teknik ini lebih banyak digunakan untuk tujuan-tujuan khusus, yaitu
menggali informasi tentang topik-topik tertentu, misalnya mengamati keadaan
reboisasi, jaringan irigasi dll.
Manfaat
Dengan menggunakan teknik ini dapat mengamati
secara langsung keadaan lapangan, sehingga informasi yang diperoleh lebih
banyak dan lebih tajam.Kita juga dapat mengamati lokasi-lokasi yang biasanya
tidak terjangkau bila menggunakan teknik lain. Selama penerapan teknik ini
dapat juga diamati secara langsung perilaku masyarakat dalam memanfaatkan
sumberdaya alam, misalnya cara mengolah tanah, mengembalakan ternak, mengelola
irigasi atau yang lebih khusus lagi misalnya cara memanen nira dst.
Langkah-langkah penerapan
1.
Bicarakan dengan masyarakat
tujuan kegiatan transek, jelaskan cara pembuatan diagram/peta & informasi
yang perlu dicari.
2.
Membagi tugas tim untuk
pengamatan sesuai kemampuan masing-masing, misalnya yang berlatar belakang
pertanian mengamati masalah pertanian, dst.
3.
Anggota tim ditugaskan untuk
menggambar/mencatat data, kalau mungkin tugas tersebut dilakukan oleh salah
seorang anggota masyarakat.
4.
Sepakati cara melakukan Transek
& pilihan lintasan. Beberapa pertimbangan untuk memilih lintasan adalah :
·
Cara yang dipilih sesuai
keadaan lapangan, jenis informasi yang akan dikumpulkan, jumlah anggota tim,
dll.
·
Lintasan yang dipilih harus
mewakili topik-topik informasi yang di perlukan, misalnya pola pemenfaatan
lahan, kondisi lahan dll
5.
Bicarakan lambang/simbol-simbol
yang akan digunakan unutk menggambarkan bagan Transek, Catat simbol tersebut
lengkap dengan artinya
6.
Mulailah melakukan perjalanan
penelusursn lokasi mengikuti lintasan yang telah disepakati. Amati dan catat
hasilnya sesuai informasi yang dibutuhkan. Berhentilah di beberapa tempat untuk
mendidskusikan hasil pengamatan & penggalian informsi yang telah dilakukan . Ini juga
memberi kesempatan penggambar/penulisdata untuk mendokumentasikannya, misalnya
pohon/tanaman yang dominan, sawah, kebun, bangunan dll dalam bentuk lambang.
7.
Pada akhir kegiatan, semaua
catatan dan gambar dikumpulkan untuk didiskusikan. Seluruh hasil dirangkum dan
digambar kembali secara lebih sempurna dan lengkap. Hasil gambar Transek
tersebut dapat dipergunakan untuk mendidskusikan permasalahan, potensi,
harapan-harapan dengan masyarakat yang lebih luas. Lakukan perbaikan-perbaikan
jika diperlukan.
BAGAN PENELUSURAN
DESA (TRANSEK)
|
Daftar masalah dari Bagan Penelusuran Desa (Transek)
No
|
Masalah
|
Potensi
|
|
F. PEMBUATAN
SKETSA KEBUN/TATA GUNA LAHAN
Pengertian
Teknik Pembuatan Sketsa kebun merupakan teknik
PRA yang memfasilitasi kegiatan penggalian informasi melalaui penggambaran keadaan kebun pada
lokasi-lokasi tertentu dan mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan pengelolaan lahan. Pembuatan sketsa kebun
merupakan penggambaran yang lebih jelas berdaarkan informasi yang didapatkan
selama kegiatan transek, terutama yang
berkaitan dengan jenis tanaman yang ada di kebun dan pola tanamnya.
Tujuan
Teknik ini bertujuan mendapatkan gambaran yang lebih
terperinci mengenai keadaan kebun dan pengelolaan lahan, berdasarkan informasi
yang bersifat fisik dan non fisik, yang teramati selama kegiatan diskusi
dilokasi. Diasmping itu juga untu memperoleh informsi aspek-aspek pengelolaan
lahan di suatu wilayah. Aspek-aspek dari loksi yang berbeda kemudian
dibandingkan, berdasarkan topik informasi yang digali. Misalnya perbandingan
antara pengelolaan lahan di lokasi yang terletak di dekat jalan raya dengan
jauh dari jalan raya, pengelolaan lahan yang terletak di dalam dengan di luar
kawasan hutan lindung, dst.
Manfaat
Bagi petani pembuatan sketsa kebun bersama
pemandu dari luar dan rekan petani yang lain, selain merupakan kesempatan untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain, juga merupakan kesempatan
untuk ” mengambil jarak” dari kebun yang sudah begitu akrab baginya dan
memikirkan kembali keadaan kebun itu sebagai dasar untuk mempertimbangkan
penyempurnaan-penyempurnaan di kemudian hari.
Teknik ini dapat membantu proses perencanaan,
misalnya teknik ini dapat menjadi alat bantu dalam menyusun rencana pengelolaan
kebun, baik ditingkat keluarga maupun yang lebih luas lagi ditingkat dusun dan
desa (bila diterapkan untuk masalah pertanian). Dapat juga ditujukan untuk
kepentingan lain, misalnya dala perencanaan pembangunan saranan MCK, sumur (masalah kesehatan) dll.
Sketsa kebun juga dipakai untuk kegiatan
pemantauan (monitoring) dan evaluasi , yaitu dengan melakukan penggambaran di
sebuah lokasi yang sama secara berkala dan membandingkan sketsa-sketsa
tersebut.
Langkah-langkah penerapan
1.
Pilihlah kebun/lokasi yang akan
diamati, sebagai patokan pilihlah satu kebun untuk 8-10 kebun yang ada
2.
Lakukan pengamatan dan
pencatatan hal-hal yang tampak dan informasi dari petani yang terlibat dalam
kegiatan ini.
3.
Gunakan simbol-simbol ( tentu
sudah disepakati oleh masyarakat) dalam membuat sketsa kebun. Segala sesuatu
yang terdapat dalam lokasi tersebut digambarkan secara rinci, baik tata
letaknya (untuk tanaman tahunan, tanaman semusim), pola tanam, dll
4.
Dalam diskusi digali segala
hal yang diamati. Kegiatan diskusi
biasanya dilakukan setelah penggambaran dengan menggunakan gambar sebagai alat
bantu.
BAGAN SKETSA KEBUN
Daftar masalah dari Sketsa Kebun
No
|
Masalah
|
Potensi
|
|
G. PEMBUATAN BAGAN HUBUNGAN KELEMBAGAAN
(DIAGRAM VENN)
Pengertian
Teknik pembuatan bagan hubungan kelembagaan atau
diagram Venn merupakan teknik PRA yang
digunakan untuk mefasilitasi kegiatan menggali hubungan kelembagaan (hubungan
antar pihak), baik hubungan antara masyarakat
dengan lembaga-lembaga tersebut, maupun pihak-pihak tertentu yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Hasil penggalian dituangkan kedalam diagram
Venn 9sejenis diagram lingkaran, diadaptasi dari disiplin ilmu matematika),
yang akan menunjukkan besarnya pengaruh dan dekatnya hubungan suatu lembaga
dengan masyarakat.
Tujuan
Untuk mengenal lebih jauh keberadaan, manfaat dan
peranan berbagai lembaga di desa, baik lembaga lokal, maupun lembaga pemerintah
dan non pemerintah dari ” luar”,berdasarkan pandangan dan penilaian masyarakat
sendiri.
Mengkaji interaksi di antara lembaga-lembaga
tersebut dan membuat suatu diagram yang memperlihatkan besarnya pengaruh dan kedekatan hubungannya
dengan masyarakat. Disamping itu juga untuk mempelajari keterlibatan berbagai
kelompok masyarakat di dalam kegiatan kelembagaan tersebut.
Manfaat
Kita dapat
memahami cara masyarakat desa membuat urutan prioritas terhadap kegiatan
lembaga-lembaga tersebut dan penilaian mereka tentang sumbangan yang
diberikannya kepada masyarakat desa. Pengenalan keberadaan berbagai lembaga ini
juga berguna untuk mendiskusikan pendayagunaan berbagai lembaga tersebut.
Langkah-langkah penerapan
1.
Kegiatan dapat dimulai dengan
memberikan gambaran mengenai suatu
lembaga yang ada di daerah tersebut. Hal ini untuk memudahkan masyarkat melihat
manfaat dan ketrlibatan dengan lembaga tersebut.
2.
Bersama masyarkat buat daftar
jenis & nama: lembaga, kelompok atau pihak lain yang selama ini sudah
dikenal oleh masyarakat.
3.
Diskusikan kegiatan/program
yang telah dikembangkan oleh suatu lembaga, misalnya dengan mengajukan
pertanyaan mengenai kegiatan PKK, pengurusnya dengan pertanyaan-pertanyan yang
dapat mendorong diskusi.
4.
Pemandu kemudian menjelaskan
aturan permainan teknik ini, termasuk arti simbol yang di pergunakan :
·
Setiap lembaga diwakili oleh
simbol, sebuah lingkaran, dari kertas/karton (bisa simbol lain)
·
Simbol untk masyarakat adalah
lingkaran berukuran sedang dengan tulisan ” Masyarakat” atau ” Penduduk Desa”
yang di letakkan di tengan lantai/papan
·
Semakin besar ukuran berarti
semakin besar manfaat yang dirasakan masyarakat dari program lembaga tersebut,
dan begitu pula sebaliknya. Semakin dekat letak sebuah simbol terhadap posisi
simbol masyarakat, maka semakin dekat hubungan keakraban lembaga tersebut
dengan masyarakat, begitu pula sebaliknya.
5.
Mintalah salah seorang
peserta untuk memilih besarnya lingkaran
sebagai simbol lembaga tertentu yang telah didaftar dan dinilai manfaat
kegiatannya bagi masyarakat. Hasil penilaian ini kemudian didiskusikan dengan
seluruh peserta sampai lingkaran yang dipilih ditetapkan.
6.
Tentukan jarak penempatan simbol dari lembaga tadi
dengan simbol masyarakat, yang merupakan tingkat keakraban hubungan lembaga
tersebut dengan masyarakat. Penempatan simbol ini juga merupakanhasil diskusi.
7.
Setelah semua selesai dilakukan
pemerikasan kembali ketepatan informasi yang diperoleh & mendiskusikannya
kembali. Pada kesempatan ini sebaiknya didiskusikan pula lembaga-lembaga atau
pihak-pihak lain yang masih dianggap perlu untuk dicantumkan. Diskusikan juga
bentuk & pola hubungan yang diharpakan masyarakat.
8.
Hasil & proses diskusi
dirangkum oleh pemandu. Sebaiknya dicatat semua poin-poin penting hasil diskusi
mengenai masalah, potensi dan harapan masyrakat terhadpa setiap lembaga.
|
Daftar masalah dari Bagan Hububgan Kelembagaan
No
|
Masalah
|
Potensi
|
|
H. ANALISA MATA
PENCAHARIAN
Pengertian
Teknik analisa mata pencaharian adalah teknik PRA
yang digunakan memfasiliatasi kegiatan diskusi untuk mengenali dan menganalisa
keadaan kehidupan masyarakat dari aspek mata pencahariananya
Tujuan
Untuk mengetahui komposisi pekerjaan/jenis
matapencaharian, pola pembagian kerja, tingkat penghasilan dan pengeluaran
masyarkat (desa). Disamping itu juga untuk mengetahuai kekuatan/potensi, ragam
permasalahan dan keadaan pada saat ini dari sejumlah pekerjaan yang dilakukan
oleh anggota masyarakat (desa seperti :aspek dasar dan pemasaran, ketersedian
bahan baku, tehnologi serta tenaga kerjanya.
Manfaat
Hasil pengumpulan data melalui teknik ini bisa
menjadi bahan refleksi bagi masyarakat sendiri. Mereka bisa mempertimbangkan
kelayakan kegiatan/mata pencahariannya pada saat ini. Selain itu informasi yang
diperoleh dapat menjadi bahan rujukan
untuk menentukan jenis kegiatan/mata pencaharian apa yang layak dan dapat di kemabangkan
di masa yang akan datang.
Langkah-langkah penerapan
1.
Diskusikan proses & cara
melakukan teknik ini. Sepakati format yang digunakan yaitu ; matrik/tabel,
simbol-simbol dan atau hal-hal lain yang perlu disepakati. Jelaskan cara
melakukan analisa perkembangan mata pencaharian.
2.
Ajak masyarakat untuk melihat
jenis-jenis pekerjaan & ketrmapilan di sektor pertanian dan non pertanian
yang menjadi mata pencaharian mereka.
3.
Informasi tentang mata
pencaharian ini kemudian ditulis oleh masyarakata sendiri ke dalam tabel sesuai
simbol-simbol tentang jenis pekerjaan/mata pencaharian, baik menganai
masalahnya maupun potensinya.
4.
Setiap jenis pekerjaan
dianalisa sesuai alat ukur/variabel yang telah disepakati, misalnya : aspek
pasar, nahan baku, aspek potensi, masalah dll.
5.
Setelah pengisian tabel, diskusikan kembali
apakah sudah benar-benar sesuai dengan
keadaan & lengkap. Berilah catatan tambahan bila diperlukan.
BAGAN ANALISA MATAPENCAHARIN
Daftar masalah dari Bagan Analisis Mata Pencaharian
No
|
Masalah
|
Potensi
|
|
I. WAWANCARA SEMI
TESTRUKTUR
Pengertian
Teknik wawancara semi terstruktur dalam PRA
merupakan alat penggalian informasi berupa tanya jawab yang sistematis tentang
pokok-pokok tertentu. Sifat semi terbuka artinya jawaban tidak ditentukan terlebih
dahulu, namun pembicaraan dibatsi oleh topik yang telah dipersiapkan dan
disepakati bersama oleh Tim PRA.
Tujuan
Menggali berbagai informsi tentang keadaan sosial
ekonomi dari berbagai segi, bersama warga suatu rumah tangga, untu mendapatkan
suatu pengertian yang luas tentang keadan berbagai rumah tangga.
Mengidentifikasi jenis-jenis masalah dan
kebutuhan masyarakat melalui pengumpulan data secara mendalam, sehingga terjadi
pengkayaan pemahaman masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi masyarakat.
Manfaat
Dapat terkumpul keterangan/data kuantitatif
tentang keberadaan ekonomi, sosial budaya, kesehatan dan lingkungan, serta
data-data tehnis yang berhubungan dengan pokok pembahasan itu. Wawancara yang
dilakukan setelah teknik analisa mata pencaharian untuk menggali informasi
secara lebih mendalam dan rinci mengenai berbagai aspek kehidupan rumah tangga
petani.
Langkah-langkah penerapan
1.
Buatlah daftar topik-topik
perubahan, siapkan daftar pertanyaan-pertanyaan. Daftar topik dan pertanyaan
itu hanya merupakan alat untuk mengendalaikan arah pembicaraan sehingga
wawancara tidak mengarah pada percakapan biasa.
2.
Menentukan rumah tangga yang
akan diwawancarai (tergantung pada tujuan wawancara dengan mempertimbangkan
hal-hal beriikut :
·
Mewakili berbagai tingkat
ekonomi
·
Anggota keluarga : suami –
istri, janda/duda
Hal-hal diatas di perlukan untuk melihat perbedaan dalan pengaturan
ekonomi rumah tangga.
3.
Melakukan wawancara dengan
memperhatikan beberapa hal berikut :
·
Wawancara dilakukan dengan keluarga yang telah ditentukan, bila tidak
ditemukan dapat diganti dengan yang lain yang keadaannya kurang lebih sama.
·
Adakan kesepakatan tentang topik yang akan dibicrakan (ynag terdapat
dalam pedoman)
·
Pergunakan pertanyaan-pertanyan yang dapat memancing pendapat respon
tentang beberapa hal. Untuk itu wawancara dapat diselingi dengan diskusi,
tetapi jangan sampai berkepanjangan. Pewawancara sebaiknya menghindari
kata-kata yang mempunyai dua atau banyak arti.
4.
Amati keadaan sekitar, misalnya
kondisi rumah, perlengkapan dll, yang dapat membantu dalam pengenalan terhadap
taraf kesejateraan mereka
5.
Buat catatan proses wawancara,
terutama sikap dan tanggapana responden tentang permaslahan-permasalahan yag
dikumunikasikan.
CONTOH-CONTOH PEDOMAN WAWANCARA
|
|
|||||
|
|||||
|
J.
PEMBUATAN BAGAN MASUKAN DAN KELUARAN
(In-put/out
put Flowchart)
Pengertian
Teknik pembuatan bagan arus masukan dan keluaran
didalam kegiatan PRA adalah alat untuk menggali informasi mengenai
sistem-sistem yang ada di masyarakat
(desa dengan dituangkan kedalam suatu gambar atau sketsa yang menggambarkan
keluaran atau masukan serta hunbungan antara bagian-bagia dalam sistem itu.
Tujuan
Untuk memahami sistem yang digambarkan itu secara
keseluruhan, peran masing-masing bagian dalam sistem itu. Serta bagaimana
proses hubungan timbal balik antara bagian dalam sistem itu. Disamping itu juga
dapat untuk menilai kelayakan suatu sistem, mungkin salah satu penyebab masalah
yang dihadapi masyarakat adalah sistem usaha mereka tidak lagi layak.
Manfaat
Dengan memahami suatu sistem dan permasalahan
dalam sistem itu, kita dapat memikirkan bagian-bagaian apa yang mungkin disempurnakan dalam sistem itu. Kita dapat
melihat kelayakan gagasan perubahan dalam sistem yang ada itu. Dengan penilaian
yang memperhatikan keseluruhan sistem itu, diharapkan kita dapat pula mencegah
diadakannya perubahan yang kurang layak.
Langkah-langkah penerapan
1.
Tentukan sistem yang akan
diamati berdasrkan massalah dan kebutuhan yang sedang di hadapi.
2.
Indentifikasi bagian-bagian
dalam sistem itu. Tentukan batas-batasnya dan gambar diatas tanah/kertas.
3.
Identifikasi masukan-masukan dalam sistem itu, gambar atau
benda-benda yag sudah disepakati sebagai simbol.
4.
Identifikasi
keluaran-keluarannya, gambar atau taruh benda-benda yang sudah disepakati
sebagai simbol.
5.
Identifikasi hubungan masukan,
bagian-bagain sistem dan keluaran-keluarannya.
6.
Untuk mempertajam analisa perlu
diidentifikasi jumlah-jumlah yang sesuai untuk setiap masukan dan keluaran dan
jumlah yang berkenaan dengan setiap bagian. Gambarkanlah jumlah-jumlah itu
dengan tulisan, kerikil, biji-bijian atau apa saja yang tersedia.
7.
Bagan yang sudah jadi kemudian
didiskusikan dan dianalis. Jika memang ada masalah dalam sistem itu, dapat
mulai mengembangkan gagasan untuk perbaikan sistem itu.
BAGAN MASUKAN DAN KELUARAN
|
Daftar masalah dari Bagan Masukan dan Keluaran
No
|
Masalah
|
Potensi
|
|
K. PENGGORGANISASIAN
MASALAH
Pengertian
Pengorganisasian masalah
sebenarnya adalah sebuah tahapan dalam PRA yang digunakan untuk
menggorganisasikan berbagai masalah yang telah diidentifikasikan selama
kegiatan penggalian dan pengkajian informasi oleh teknik-teknik lainnya.
Masalah-maslah yang telah disusun kedalam bagan atau tabel dan di buat
urutan prioritasnya (biasanya menjadi
dasar dalam pembuatan perencanaan)
Tujuan
Mengatur informasi yang
sangat luas kedalam suatu susuna yang teratur guna membantu masyarakat untuk
memahami dan menilai berbagai masalah yang ada secara menyeluruh. Termasuk
mengkaji hubungan sebab akibat diantara
berbagai masalah yang berbeda tersebut.
Memudahkan masyarakat dalam menilai dan menentukan prioritas, dan
mempertimbangkan alternatif pemecahannya sebagai dasar untuk membuat
perencanaan yang sesuai dengan sumberdaya, kemampuan dan kesempatan yang
dimiliki.
Untuk menentukan masalah-masalah prioritas yang
perlu tangani terlebih dahulu, dari sudut pandang masyarakat pemilik masalah, sebagai bahan bagi
pengembangan program jangka panjang (terutama maslah-masalah yang menimbulakan
masalah lainnya)
Manfaat
Dengan prioritas yang jelas, perencanaan yang
dibuat akan lebih terarah dan penggunaan sumber-sumber daya masyarakat yang ada
lebih efektif. Juga dukungan dan partisipasi masyarakat dalam program yang
menangani masalah-masalah yang memang menjadi prioritas mereka akan lebih baik
dan lebih berarti.
Langkah-langkah penerapan
1.
Pengumpulan
masalah
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memajang kembali hasil-hasil pengkajian
informasi yang telah diperoleh dari berbagai penerapan teknik PRA yang sudah
dilakukan (peta, diagram, tabel dan catatan-catatan) kemudian mencatat kembali
berbagai masalah yang muncul dari setiap catatan/ dokumentasi sebelumnya.
Masalah yang dikumpulkan tersebut hendaknya dibuat berdasarkan hasil musyawarah peserta PRA.
·
Gagasan yang muncul ditampung dan dibuat daftarnya
·
Lakukan seleksi terhadap daftar gagasan, yang tidak
memenuhi kreteria sebagai masalah yang layak di bahas, misalnya masalah ” tidak
ada bengkel untuk radio yang rusak”, tidak perlu dimasukkan daftar masalah.
2.
Pengelompokan
masalah
Pengelompokakn maslah dilakukan dengan cara menyatukan masalah yang mirip
serta dengan menghubungkan maslah-masalah yang secara langsung memiliki sebab
akibat.
· Penyatuan
masalah yang mirip dapat dilakukan dengan meneliti daftar yang ada.
· Masalah yang mempunyai
hubungan sebab akibat disatukan dengan menggunakan kartu atau kata-kata kunci.
3.
Pengurutan/prioritas masalah
Masalah yang layak dibicarakan sebaiknya dibatasi untuk masalah-masalah
yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Untuk memecahkan masalah
hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai prioritas. Penyusunan prioritas
dilakukan dengan penyusunan bagan peringkat (matrik rangking)
Beberapa
kreteria yang dapat dipakai untuk membuat prioritas :
· Bukan merupakan masalah sebagian masyarakat atau kelompok
tertentu saja.
· Mendesak untuk segera diatasi, kalau tidak keadaan
semakin buruk.
· Dapat diatasi oleh sumber daya setempat (biaya,
kebutuhan, tenaga dll)
· Alternatif solusi,
tingkat keberhasilan besar baik dari segi teknis maupun sosial.
· Merupakan masalah mendasar, bila diatasi akan membantu
masalah-masalah yang lain.
· Kreteria dapat dikembangkan berdasar kesepakan dengan
masyarakat
Pengumpulan masalah-masalah
1. penyakit ayam
2.penyakit
ngorok pada babi
3. Hama ulat
pada padi
4. bibit ternak
kambing mahal
5. bibit itik
sulit (sedikit yg memlihara)
6. Sulit cari
bibit coklat
7. Sulit cari
bibit padi
8. pipa air
rusak (karena gempa)
9. Bak air rusak
(karena gempa)
10. rumah rusak
(darurat)
11.Harga jual
tan pangan rendah
12. Hasil
panen padi rendah
|
|||
13. Hasil
perkebunan harga rendah
14.kerusakan
kebun oleh ternak
15.Erosi pada
kebun
16.tenaga kerja
kurang
17. Pendapatan
masyarakat rendah
18. tidak ada
irigasi untuk sawah
19. perawatan
tanaman padi kurang.
20. Lahan banyak
tidak digarap
21. Hama lalat
buah pada tanaman coklat.
22. pupuk
langka
|
|||
L. PEMBUATAN BAGAN
PERINGKAT
(Matrix Rangking/Analisa Pilihan)
Pengertian
Teknik Pembuatan Bagan Peringkat atau Teknik
Analisa Pilihan yang juga dikenal dengan sebutan Matrix Rangking adalah teknik
untuk menganalisa sejumlah topik yang sudah teridentifikasi dengan mengkajinya
dari beberapa aspek : serta menilai masing-masing aspek dengan kreteria yang
sama agar dapat diperbandingkan. Biasanya yang dibandingkan adalah
masalah-masalah terpenting dan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang
telah diidentifikasi dan paling layak
dipertimbangkan berdasarkan kreteria yang dirakan paling sesuai dengan
keadaan setempat.
Tujuan
Teknik ini bertujuan mencari prioritas masalah
dan memilih alternatif-alternatif pemecahan masalah terbaik atau potensial yang
ada. Alternatif masalah di sini bisa berupa program, kegiatan, ataupun
tehnologi tertentu, sementara keadaan yang dipertimbangkan meliputi potensi dan
kendala yang ada.
Manfaat
Salah satu manfaat utama yang dapat di peroleh
dengan menggunakan teknik ini yaitu dapat mendorong dan merangsang daya pikir
masyarakat dalam menentukan pilihan berdasarkan keadaan setempat (potensi dan
pembatasnya) dan memperoleh pengertian tentang pilihan tersebut.
Langkah-langkah penerapan
1.
Sampaikan
kembali masalah-masalah yang pernah disusun dan lakukan pembuatan prioritas
masalah yang akan dikaji dengan membuat matrik sederhana bila hal ini belum
dilakukan pada kegiatan dengan menggunakan Teknik Pengoorganisasian Masalah.
2.
Buatlah matrik
untuk memilih alternatif pemecahan masalah yang paling potensial
3.
Daftarkan
pilihan-pilihan alternatif yang akan didiskusikan lebih lanjut, misalnya :
jenis-jenis tanaman, jenis-jenis tehnologi dll. Alternatif-alternatif ini
dicatat pada kolom/lajur tegak matrik.
4.
Diskusikan dan
kembangkan kreteria-kreteria pemilihan alternatif-alternatif tersebut bersama masyarkat, antara lain
manfaat, faktor-faktor pembatas/kelemahan dari setiap alternatif tersebut,
misalnya tenaga kerja yang dibutuhkan, waktu pengerjaan, biaya, cepatnya
mendapat hasil dll. Kreteria-kreteria tersebut didaftarkan di dalam matrik
kolom/lajur mendatar.
5.
Kolom –kolom
yang ada pada matrik selanjutnya diisi/ dilengkapi oleh masyarkat, yaitu denga
memberikan nilai paada setiap kolom
manfaat dan pembatas untuk setiap pilihan. Penentuan nilai untuk setiap jenis
manfaat dan pembatas dibuat berdasarkan kesepakatan masyarkat dari hasil
diskusi.
6.
Setelah semua
kolom pada matrik telah diisi, selanjutnya dihitung jumlah penilain untuk
masing-masing pilihan (alternatif). Pilihan yang mempunyai nilai manfaat paling
tinggi dan pembatas yang paling rendah menunjukkan pilihan yang dirasa paling
tepat oleh masyarakat.
7.
Hasil
pengumpulan informasi melalui matrik ini kemudian dianalisa dan didiskusikan
kembali untuk memeriksa kebenaran
informasi yang diperoleh serta untuk mengambil keputusan.
PENYUSUSNAN MATRIK RANGKING
|
|||
|
M.PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN
Pengertian
Penyusunan rencana kegiatan adalah suatu tindakan
nyata yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, dibuat dalam
sebuah bentuk tulisan, sebagai pedoman
untuk bekerja mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
Tujuan
Kegiatan perencanaan bertujuan untuk menghasilkan suatu rencana kerja yang
nyata dan jelas yang dibuat menurut batasan waktu tertentu. Sebagai pedoman
untuk melaksanakan tindak lanjut yang benar-benar dapat dilaksanakan. Rencana
kegiatan hendaknya disusun secara sederhana, jelas dan wajar, dalam arti dapat
dilaksakan oleh masyarakat dengan dukungan dari berbagai lembaga yang mempunyai
hubungan kerja dengan wilayah yang bersangkutan.
Tujuan lain kegiatan ini adalah untuk merangkum
hasil analisa masalah dan identifikasi alternatif-alternatif penyelesaian
masalah yang telah dilakukan sebelumnya.
Manfaat
·
Mengarahkan kegiatan ke arah pencapaian tujuan bersama
·
Menjadi dasar penggorganisasian semua kegiatan yang tercakup dalam
rencana itu, juga dasar pemantauan kegiatan-kegiatan tersebut.
·
Sebagai patokan-patokan dalam mengevaluasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan
dalam rencana yang telah disusun.
·
Rencana juga berguna sebagai dasar pertimbangan bagi pihak lembaga
program dan lembaga pemberi bantuan dalam menentukan bantuan yang kan diberikan
terhadap berbagai aspek pembangunan berdasarkan kepada prioritas msyrakat desa.
Langkah-langkah penerapan
1.
Rumuskan dan sepakati dengan masyarakat format penulisan
rencana. Contoh bentuk penulisan sederhana yang dapat di pertimbangkan
penggunaannya berisikan : MASALAH,
KEGIATAN, PENGGUNGJAWAB, PENDUDKUNG,WAKTU, KETERANGAN.
2.
Daftarkan masalah-maslaah yang akan diatasi terlebih
dahulu (daftar prioritas masalah yang telah dibuat.
3.
Diskusikan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut dengan
pertmbangan-pertimbangan tertentu, misalnya : mengkaji kebutuhan alat,
bahan dan modal.
BAGAN RENCANA KEGIATAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar