CSE

Loading

Sabtu, 16 November 2013

MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS PADA PMS DAN PERILAKU SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Prevalensi PMS ( Penyakit Menular Seksual ) di negara sedang berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju. Pada perempuan hamil di negara berkembang, angka kejadian gonoroe 10-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadiannya pada perempuan hamil di negara industri. Prevalansi sifilis pada perempuan di negara-negara maju hanya sebesar 0,03-0,3%, tetapi di negara Afrika Sub-Sahara, sebagian besar Amerika Latin, dan Fiji, sifilis didapatkan pada 3-22% perempuan hamil. Gonoroe hanya ditemukan sebanyak kurang dari 1% di Eropa Barat dan beberapa bagian Amerika Utara, tetapi terdapat sebesar 4-20% di Afrika Sub-Sahara dan Thailand.
Di Indonesia sendiri angka kejadian PMS pada perempuan hamil sangat terbatas. Pada perempuan hamil pengunjung Puskesmas Merak 1994 sebanyak 58% menderita PMS. Sebanyak 29,5% adalah infeksi genital nonspesifik, kemudian 10,2% vaginosis bakterial, kandidosis vagialis 9,1%, gonoroe sebanyak 3,4%, trikomoniasis 1,1%, dan gonoroe sebanyak 1,1%. Penelitian di Surabaya menemukan 19,2% dari 599 perempuan hamil yang diperiksa menderita paling tidak 1 jenis PMS, yaitu infeksi virus herpes simpleks tipe 2 sebanyak 9,9%, infeksi klamidia sebanyak 8,2%, trikomoniasis 4,8%, gonoroe 0,8%, dan sifilis 0,7%, penelitian di Jakarta, Batam, dan Tanjung Pinang pada pengunjung perempuan hamil di beberapa rumah bersalin ditemukan infeksi klamidia, trikomoniasis, vaginosis bakterial, gonoroe, sifilis, dan HIV.
Perempuan memiliki resiko tinggi terhadap penyakit yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, juga terhadap penyakit kronik dan infeksi. Selama masa kehamilan, perempuan mengalami berbagai perubahan, yang secara alamiah sebenarnya diperlukan untuk kelangsungan hidup janin dalam kandungannya. Namun, ternyata bebagai perubahan tersebut dapat mengubah kerentanan dan juga mempermudah terjadinya infeksi selama kehamilan.
1.2.  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian penyakit menular seksual
2.      Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit menular seksual
3.      Untuk mengetahui dampak penyakit menular seksual pada ibu hamil
4.      Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit menular seksual
5.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menular seksual
6.      Untuk mengetahui pencegahan penyakit menular seksual
7.      Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit menular seksual


BAB II
PEMBAHASAN
I.                   PMS
2.1 Pengertian Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi oleh bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Penyakit menular seksual merupakan salah satu penyebab infeksi saluran reproduksi ( ISR ), tetapi tidak semua PMS menyebabkan ISR dan tidak semua ISR disebabkan oleh PMS.
2.2.  Tanda dan Gejala Penyakit Menular Seksual
Banyak penderita PMS tidak menyadari bahwa dirinya mengidap PMS oleh karena seringkali penyakit ini tidak menunjukkan gejala.
Tanda dan gejala yang sering terjadi :
1.      Rasa sakit atau nyeri saat kencing atau berhubungan seksual
2.      Rasa nyeri pada perut bagian bawah
3.      Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin
4.      Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
5.      Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal
6.      Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks
7.      Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin

2.3.  Dampak PMS pada Ibu Hamil
Penyakit menular seksual menyebabkan infeksi saluran reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Dampak PMS pada kehamilan bergantung pada organisme penyebab, lamanya infeksi, dan usia kehamilan pada saat perempuan terinfeksi. Hasil konsepsi yang tidak sehat seringkali terjadi akibat PMS, misalnya kematian janin ( abortus spontan atau lahir mati ), bayi berat lahir rendah ( akibat prematuritas atau retardasi pertumbuhan janin dalam rahim ), dan infeksi kongenital atau perinatal ( kebutaan, pneumonia neonatus, dan retardasi mental ).
 Kematian janin baik dalam bentuk baik dalam bentuk abortus spontan maupun lahir mati, dapat ditemukan pada 20-25% perempuan hamil yang menderita sifilis dini, 7-54% perempuan hamil dengan herpes genital primer, dan pada 4-10% pada perempuan hamil yang tidak menderita penyakit menular seksual. Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) dapat dijumpai pada 10-25% perempuan hamil dengan vaginosis bakterial, 11-15% pada perempuan dengan trikomoniasis, 30-35% herpes genital primer, 15-20% sifilis dini, dan 2-12% pada perempuan hamil tanpa penyakit menular seksual. Infeksi kongenital atau perinatal dapat ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh 40-70% perempuan hamil dengan infeksi klamidia, 30-68% perempuan hamil dengan gonoroe, 40-70% perempuan hamil dengan sifilis dini, 30-50% perempuan hamil dengan herpes genital primer, dan tidak ditemukan pada perempuan hamil tanpa penyakit menular seksual.
Resiko transmisi dari ibu yang hamil menderita gonore kepada janin/neonatus diperkirakan sebesar 30%. Pada infeksi klamidia, resiko terjadinya konjungtivitis neonatus sebesar 25-50%, sedangkan untuk terjadinya pneumonia sebesar 5-15%. Ibu ha,il yang menderita sifilis memiliki resiko transmisi sebesar 100% pada sifilis dini, 23% pada sifilis lanjut, dan secara keseluruhan 40-70%. Pada herpes genital, resiko transmisi dari ibu hamil kepada janinnya lebih tinggi pada saat terjadinya infeksi primer yaitu 30-50%, dibandingkan pada keadaan rekuren ( hanya 0,4- 8% )






Peringkat INDONESIA berdasarkan IPM (HDI), Tahun 2009

NEGARA
ASEAN
DUNIA (188)
Singapura
1
23
Brunei Darussalam
2
30
Malaysia
3
66
Thailand
4
86
Filiphina
5
105
Indonesia
6
124 ( 2011)
Vietnam
7
116
Laos
8
133
Myanmar
9
135
kamboja
10
136
Sumber : Human Development Report, UNDP (2009)
2.4.  Jenis Penyakit Menular Seksual
1. Sifilis
a.         Pengertian Sifilis
Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh Treponema pallidum yang dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan saraf pusat, dan juga dapat tanpa menifestasi lesi di tubuh.
b.         Tanda dan Gejala
Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu kemudian timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Kadang-kadang di sertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu yang akan hilang sendri tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks. Gejala ini akan hilang sendirinya dan sering kali penderita tidak memperhatikan hal ini.
c.        Pengobatan
Alternatif pengobatan bagi yang alergi terhadap penisilin dan tidak hamil dapat di beri doksisiklin per oral 2x100mg/hari selama 30 hari, atau tetrasiklin peroral 4x500 mg/hari selama 30 hari. Alternatif pengobatan bagi yang alergi terhadap penisilin dan dalam keadaan hamil, sebaiknya tetap diberi penisilin dengan cara desensitisasi. Bila tidak memungkinkan, pemberian eritromisin peroral 4x500 mg/hari selama 30 hari dapat dipertimbangkan. Untuk semua bayi yang baru lahir dari ibu yang seropositif agar diberi pengobatan dengan benzatin penisilin 50.000 IU per kg berat badan, dosis tunggal IM. Untuk memonitor hasil pengobatan dilakukan pemeriksaan serologi non treponemal 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan 2 tahun setelah pengobatan selesai.
2.         Gonoroe
a.         Pengertian
Gonoroe adalah infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. N. Gonorhoeae dibawah microskop cahaya tampak sebagai diplokokus berbentuk biji kopi dengan lembar 0,8µm dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat gram negatif, tampak di luar dan di dalam leukosit polimorfnuklear, tidak dapat bertahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan pada suhu di atas 39°c, dan tidak tahan zat desinfektan. Gonoroe atau kencing nanah adalah penyakit tersering yang ditemui dalam dunia kedokteran. Ia mempunyai banyak nama yang digunakan oleh orang awam seperti kencing nanah.
b.         Tanda dan Gejala
Gejala awal dapat timbul dalam waktu 7-21 hari setelah infeksi. Pada wanita biasanya tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini ketika pasangan seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat lebih ringan, namun demikian beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika buang air kecil, keluarnya cairan putih dari vagina dan perjalanan ini bisa mencapai leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra atau saluran kencing bawah, dan rektum yang menyebabkan nyeri panggul dalam atau nyeri ketika
c.         Pengobatan
Secara epidemologis pengobatan yang dianjurkan untuk infeksi gonoroe tanpa komplikasi adalah pengobatan dosis tunggal. Pilihan terapi yang direkomendasi oleh CDC adalah cefixime 400 mg per oral, ceftriaxone 250 mg IM, siprofloksasin 500 mg per oral, ofloksasin 400 mg per oral, levofloksasin 250 mg per oral, atau spektinomisin 2 g dosis tunggal IM.
Infeksi gonoroe selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelvic inflammatory desease (PID). Infeksi ini sering ditemukan pada TM 1 sebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut, Neisseria gonoroe diasosiasikan dengan ruptur membran yang prematur, kelahiran prematur, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan. Konjungtivitis gonocokal manifestasi tersering dari infeksi perinatal, umunya ditransmisikan selama proses persalinan. Jika tidak diterapi, kondisi ini dapat mengarah pada perforasi kornea dan panoftalmitis. Infeksi neonatal lainnya yang lebih jarang termasuk meningitis sepsis diseminata dengan artritis, serta infeksi genital dan rektal.
Oleh karena itu, untuk perempuan hamil dengan resiko tinggi dianjurkan untuk dilakuka skrinning terhadap infeksi gonoroe pada saat datang untuk pertama kali antenatal dan juga pada TM 3 kehamilan. Dosis dan obat-obatan yang diberikan tidak berbeda dengan keadaan tidak hamil. Akan tetapi, perlu diingatkan pemberian golongan koinolon pada perempuan hamil tidak dianjurkan. Bila terjadi konjungtivitis gonoroe pada neonatus, pengobatan yang dianjurkan adalah pemberian ceftriaxone 50-100 mg per kg berat badan IM, dosis tunggal dengan dosis maksimum 125 mg.
3.         HIV/AIDS
a.         Pengertian
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekbalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
b.         Perjalanan penyakit
Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spektrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimptomatik) pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Setelah diawali dengan infeksi replikasi virus secara lambat. Kemudian setelah terjadi penurunan sistem imun yang berat, maka terjadi beragai infeksi oportunistik dan dapat dikatakan pasien telah masuk pada keadaan AIDS. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun setelah infeksi pertama, bahkan bisa lebih lam lagi.
Transmisi vertikal vertikal merupakn penyebab tersering infeksi HIV pada bayi dan anak-anak. Transmisi HIV dari ibu kepada janin dapat terjadi intra uterin (5-10 %), saat persalian (10-20%), dan pasca persalinan (5-20%). Kelainan yang dapat terjadi pada janin adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus preterm dan abortus spontan.
Tingkat infeksi HIV pada wanita hamil di negara-negara ASIA di perkirakan belum melebihi 3-4%, tetapi epideminya berpotensi untuk menjadi lebih besar. Penelitian preverensi HIV pada ibu hamil di daerah miskin di Jakarta pada tahun 1999 sampai 2001 mendaptakan angka prevalensi sebesar 2, 86%.
Antibody virus mulai dapat dideteksi kira-kira 3-6 bulan setelah infeksi. Pemeriksaan konfirmasi menggunakan Western Blot (WB) cukup mahal sebagai penggantinya dapat dengan melakukan 3 pemeriksaan ELISA sebagai tes penyaring memakai reagen dan teknik berbeda.
Telah banyak bukti menunjukkan bahwa keberadaan IMS meningkatkan kemudahan seseorang terkena HIV, sehingga IMS dianggap sebagai penyebab HIV. Oleh karena itu, upaya pengaendalian infeksi HIV dapat dilaksanakan dengan melakukan pengendalian IMS
c. Pencegahan hiv/aids melalui
1.      kondom dual proteksi
2.      jarum suntik sekali pakai
3.      kie kepada remaja
KONDISI AIDS SAAT INI MENURUT KELOMPOK USIA
KELOMPOK USIA (KUMULATIF 87-11)
PERSENTASE
20-29
45,9 %
30-39
31,1 %
40-49
9,9 %
Kondisi AIDS saat ini menurut jenis kelamin :
JENIS KELAMIN
PERSENTASE
Laki-laki
71 %
Perempuan
29%







Jumlah Penderita AIDS Berdasarkan Faktor Resiko Di Kota Padang Tahun 2008-2012
NO
FAKTOR RESIKO
TAHUN
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1
Penasun
21
17
15
18
8
3
2
Homoseksual
2
2
5
2
4
7
3
Heteroseksual
12
9
24
32
24
19
4
Hetero/Napza
8
17
15
6
6
2
5
Tidak Diketahui/ Tato
1
6
1
0
-
-
6
Perinatal/Balita
0
0
1
5
1
2
7
Biseksual
-
-
-
1
1
-
JUMLAH
44
51
61
64
44
33

Jumlah Kumulatif Kasus HIV & AIDS Menurut Provinsi
NO.
PROVINSI
HIV
AIDS
1
DKI Jakarta
20775
5118
2
Papua
8611
4865
3
Jawa Timur
11282
4663
4
Jawa Barat
6315
4043
5
Bali
5393
2755
6
Jawa Tengah
4017
1948
7
Kalimantan Barat
3353
1358
8
Sulawesi Selatan
2714
999
9
Riau
1216
731
10
DI Yogyakarta
1519
712
11
Sumatera Utara
5629
515
12
Sumatera Barat
633
461
13
Banten
2458
459
14
Kepulauan Riau
2571
425
15
Sulawesi Utara
1664
410
16
Nusa Tenggara Timur
1231
382
17
Sumatera Selatan
1084
322
18
Jambi
303
302
19
Nusa Tenggara Barat
489
261
20
Maluku
782
245
21
Lampung
608
192
22
Papua Barat
1534
173
23
Bengkulu
132
155
24
Bangka Belitung
253
138
25
Kalimantan Tengah
94
100
26
NAD
65
99
27
Sulawesi Tenggara
96
90
28
Maluku Utara
100
55
29
Kalimantan Selatan
135
49
30
Kalimantan Timur
1539
48
31
Gorontalo
21
18
32
Sulawesi Tengah
116
12
33
Sulawesi Barat
30
0

Jumlah
86762
32103













Kasus HIV/AIDS di Kota Padang

Jumlah Kasus Baru HIV & AIDS dan Kematian Berdasarkan Tahun Pelaporan
Tahun
HIV
AIDS
Mati
2000

255
83
2001

219
45
2002

345
86
2003

316
140
2004

1195
420
2005 (HIV: 1987-2005)
859
2639
509
2006
7195
2873
635
2007
6048
2947
788
2008
10362
4969
711
2009
9793
3863
331
2010
21591
5744
979
2011
21031
4162
579
2012 s.d. Juni
9883
2224
211




NEGARA PENDERITA HIV/ AIDS TERBANYAK
NO
NAMA NEGARA
JUMLAH PENDUDUK
PERSENTASE
1
Afrika Selatan
5,7 juta
17,9 %
2
Nigeria
155 juta
3,3
3
India
1 milyar
2,4 juta
4
Kenya
41 juta
6,3 %
5
Mozambik
1,4 juta
11,5 %
6
Tanzania
1,4 juta
5,6 %
7
Zimbabwe
1,2 juta
14,3 %
8
Uganda
1,2 jut
6,5 %
9
Amerika Serikat
1,2 juta
0,6 %
10
Seaziland
180.000
25,9 %

PERBANDINGAN  ANGKA KEJADIAN  HIV/AIDS  KOTA PADANG DENGAN INDONESIA DAN NEGARA BERKEMBANG
NO
NAMA
JUMLAH
1
KOTA PADANG
633 orang
2
INDONESIA
86.762 orang
3
AFRIKA SELATAN
1.020.300 orang

d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang sering digunakan dengan istilah ABCD
A = Abstinen ( jauhilah hubungan seks, jangan berganti-ganti pasangan )
B = Be faihtful (bersikap saling setia dengan pasangannya )
C = Condom use ( cegah dengan menggunakan kondom )
D = Drugs ( hindari pemakaian jarum suntik secara berulang ulang )




2.5.  Faktor-faktor yang Menyebabkan PMS
Faktor dominan yang ikut menemukan besarnya frekuensi dan distribusi PMS dalam suatu masyarakat, antara lain :
1.         Penyebab penyakit (agen)
PMS sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa.
2.         Tuan (host)
Beberapa faktor yang terdapat pada host yang berperan pada perbedaan insiden penyakit menular adalah :
a.       Umur
Umur berapa yang sangat yang ikut mempengaruhi insiden PMS, dengan cara penularan PMS yaitu melalui kontak seksual maka golongan umur dengan insiden meningkat adalah golongan umur dengan kegiatan seksual aktif
b.      Sex / jenis kelamin
Angka kesakitan kelompok umur tertentu pada penderita PMS pria adalah lebih tinggi dibandingkan dengan wanita, namun tingkat kegawatan penderita PMS adalah lebih serius dibangdingkan dengan laki-laki, faktor yang mempengaruhi antara lain :
1.      Perbedaan seks dengan perbedaan susunan anatomi organ tubuh tertentu. Manifestasi gejala klinis PMS pada laki-laki adalah lebih jelas sehingga memberikan kesempatan lebih banyak menggunakan fasilitas ksehatan.
2.      Diagnosa penderita PMS pada laki-laki lebih mudah sehingga lebihn banyak penderita laki-laki yang ditimbulkan.
c.       Pilihan dalam hubungan seks
Data yang ada di negara maju angka PMS pada pria homoseksual adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan heteroseksual.
d.      Lama bekerja sebagai pekerja seksual komersial
Pekerjaan seseorang sering merupakan ikatan erat dengan kemungkinan terjadinya PMS. Pada beberapa orang yang bekerja dengan kondisi tertentu dengan lingkungan yang memberikan peluang terjadinya kontak seksual akan meningkatkan akibat penderita PMS. Orang tersebut termasuk dalam kelompok resiko tinggi terkena PMS.
e.       Status perkawinan
Insiden PMS lebih tinggi pada orang yang belum kawin, bercerai, atau orang yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan dengan orang yang sudah kawin karena pemenuhan kebutuhan seksualnya terpenuhi.
3.         Faktor kebudayaan
a.       Pelanggaran nilai moral dan agama yang menyebabkan orang lebih bebas berbuat sesuatu termasuk hubungan seksual diluar nikah.
b.      Melanggarinya ikatan keluarga termasuk pengawasan orang tua menyebabkan hubungan seksual diluar nikah.
c.       Anggapan bahwa pria lebih promiskuitas (hubungan seksual antara sejumlah laki-laki dengan sejumlah perempuan) meyebabkan adanya prostitusi.
d.      Meningkatakan rangsangan seksual melalui majalah atau film biru, dan lain-lain.
4.         Faktor medik
a.       Adanya kekebalan kuman penyakit menular seksual. Kekebalan karena penderita membeli obat dan minum obat sendiri dengan dosis obat yang tidak tetap atau adekuat.
b.      Diagnosis penyakit kadang susah. Disebabkan karena adanya penyakit menular seksual yang tersembunyi (karier) kebanyakan wanita penderita penyakit menular seksual tidak menunjukan gejala sehingga tanpa disadari mereka sesungguhnya merupakan sumber penularan penyakit menular seksual yang tersembunyi.
c.       Walaupun penderita penyakit menular telah diobati dan sembuh tetapi bila mitra seksualnya sudah ketularan dan tidak diobati maka akan tetap menjadi sumber penularan.
d.      Adanya wanita tuna susila yang diluar jangkauan pengobatan dan pengawasan medik. Misalnya : wanita tuna susila liar, terselubung dan lain-lain.

2.6.  Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain : fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau, faktor dukungan (support) dari pihak lain misalnya tokoh masyarakat, petugas kesehatan sangat penting untuk mendukung praktek pencegahan penyakit menular seksual. Praktek pencegahan penyakit menular seksual antara lain:

1.         Pencegahan primer, meliputi :
a.       Tidak melakukan hubungan seksual baik vagina, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah cara yang 100% efektif untuk pencegahan.
b.      Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
c.       Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
d.      Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling ke dokter atau petugas kesehatan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit seksual, meliputi: rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah, pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin atau sekitarnya, keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah hubungan seks, bintil-bintil barisi carian, lecet atau borok pada alat kelamin.
2.         Pencegahan sekunder, meliputi :
a.       Adanya siraman rohani yang dilakukan dilokalisasi.
b.      Peningkatan pengetahuan tentang penyakit menular seksual melalui penyuluhan dari dinas kesehatan.
3.         Pencegahan tersier, meliputi :
a.       Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.
b.      Adanya usaha rehabilitas dengan pelatihan keterampilan pada wanita pekerja seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual.

2.7.  Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual
Diagnosis dan manajemen PMS pada kehamilan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal maupun janin. Sebagian besar PMS berifat asimptomatik atau muncul dengan gejala yang tidak spesifik. Tanpa adanya tingkat kewaspadaan yang tinggi dan ambang batas tes yang rendah, sejumlah besar kasus PMS dapat terlewatkan, yang pada akhirnya mengarah pada hasil perinatal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, lewat riwayat PMS yang lengkap dan melakukan pemeriksaaan skrinning yang sesuai pada pasien yang sedang hamil pada saat pemeriksaan pranatal yang pertama adalah penting. Penatalaksanaan PMS pada perempuan hamil dan pascapersalinan dapat berbeda dari tatalaksana untuk perempuan tidak hamil. Selain itu, pertimbangan khusus berkaitan dengan potensi penularan untuk beberapa PMS viral perlu dipertimbangkan dalam menentukan keamanan dari pemberian air susu ibu (ASI).

II. Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan Kebidanan Komunitas
  1. Perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan di daerah Sumatera Barat
a.    perilaku sosial budaya terhadap kehamilan di daerah Sumatera Barat
b.    Perilaku sosial budaya terhadap persalinan di daerah Sumatera Barat
2.      Perilaku sosial budaya di beberapa daerah di Nusantara
Beberapa contoh tradisi yang masih dilakukan adalah pijat  bayi dan ibu, perawatan spa ibu pasca bersalin, dan metode-metode relaksasi berupa gending maupun lagu-lagu dari musik tradisional bagi ibu yang akan bersalin. Misalnya tradisi lulur dari Bali dan lulur atau ratus dari Keraton Yogyakarta maupun Solo.
a.       Upacara satu bulanan
Dalam upacara satu bulanan ini diperingati dengan membuat semacam bubur sum-sum. Bubur ini terbuat dari bahan beras dan di tepung. Selanjutnya dimasak dengan air. Sebagai pelengkap diberi kuah dua warna, yakni dari santan kelapa yang diberi sedikit garam dan satu lagi kuah warna merah yang terbuat dari  gula jawa atau gula aren. Hidangan ini sebagai pertanda awal kehamilan. Biasanya dibagikan kepada tetangga kiri kanan dengan permohonan doa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memulai kehamilan.
Dari pandangan kebidanan : Bubur ini sangat baik untuk ibu hamil awal, terlebih bila ada keluhan mual muntah, makanan lunak dengan kandungan manis dari gula asli akan memberi asupan kalori dan mempermudah pencernaan terutama saat ibu hamil enggan menikmati berbagai macam jenis makanan beraroma tajam. Bubur dari bahan katul yang diproses secara tradisional sangat kaya akan vitamin B1 yang dibutuhkan ibu hamil. Makan bubur ini bersama dengan para tetangga juga memberi dukungan psikologis bahwa semua orang terlibat memperhatikan dan terlebih dukungan spiritual.

b.      Upacara dua bulanan
Pada saat peringatan usia hamil dua bulan, ibu hamil akan dibuatkan beberapa jenis sajian yang lebih komplit. Yakni nasi tumpeng, urap - urap lengkap dari sayur mayur segar. Ada beberapa aturan mengenai jenis sayuran yang dipilih dan jumlah macamnya setiap daerah mempunyai ketentuan yang beda, yang pasti jumlahnya ganjil. Untuk pelengkap sajian juga disediakan semacam jenang katul atau bubur dari  katul beras, di atas jenang katul ini ditaburi dengan parutan kelapa dan parutan gula aren. Kemudian dibuatkan juga campuran dari bahan beras, santan dan gula merah yang dibungkus daun lalu dikukus. Lalu bubur berikutnya adalah bubur merah putih yang terbuat dari bahan beras. Bubur warna merah terbuat dari beras yang ditanak dengan gula merah, sedangkan bubur warna putih terbuat dari beras yang ditanak dengan santan. Cara menghidangkan adalah bubur merah lebih dulu dituang di piring lalu diatasnya dituang sedikit bubur putih.
Dalam pandangan kebidanan : Tumpeng ini merupakan salah satu cara penyajian makan bersama yang menggugah selera dan sangat baik untuk membantu meningkatkan selera makan ibu hamil, tumpeng juga memberi sebuah perlambang adanya dukungan para sanak keluarga dan tetangga untuk bersama sama mengadakan doa syukuran bagi ibu hamil. Sedangkan sayur mayur segar terutama berwarna hijau sangat baik bagi ibu hamil trimester pertama, karena dalam sayur mayur hijau terkandung asam folat alami yang berguna mencegah kecacatan pada janin. Keberadaan bubur beras yang manis sangat baik pula bagi ibu hamil yang menginginkan kudapan atau makanan selingan sebagai pembuka sebelum menyantap menu lain. Biasanya pada kehamilan awal asam lambung meningkat dan bubur tersebut menjadi hidangan pembuka yang baik.

c.       Upacara tiga bulanan atau Madeking.
Pada upacara Madeking ini dihidangkan aneka jenis makanan yang berupa ketupat lalu nasi gurih, kali ini nasi berwarna kuning dengan mencampur air kunyit saat menanak nasi dan di beri garam sedikit dan santan sebelum dikukus. Untuk lauk pauk sudah lebih lengkap dan bervariasi, ada sambal goreng ati rempela, daging sapi dan sebagai kudapan dibuatkan  kue apem.
Dari pandangan kebidanan : Nasi gurih  dan ketupat sebagai hidangan ibu hamil adalah salah satu cara kreatif untuk membangkitkan selera makan ibu hamil agar terpenuhi kebutuhan kalori. Kebutuhan protein sudah mulai  diberikan seiring  adanya peningkatan selera makan menjelang kehamilan  4 bulan. Dengan menghidangkan aneka macam daging dan cara pengolahannya. Protein sangat  dibutuhkan ibu hamil untuk pembentukan organ  tubuh bayi . Upacara Madeking ini juga diadakan sebagai wujud permohonan keselamatan bagi janin dalam Kandungan. Selamatan berupa  doa-doa sesuai agama masing-masing.

d.      Upacara lima bulanan
Pada masa kehamilan ini, dilakukan upacara selamatan dengan kudapan khasnya yakni ketan aneka warna dengan ditaburi enten-enten yang terbuat dari bahan kelapa parut diberi gula. Sebagai hidangan yang dibagikan untuk tetangga adalah urap-urap terbuat dari sayur mayur hijau. Hidangan urap urap ini lengkap dengan nasi dan diletakkan dalam takir atau daun pisang yang dibentuk seperti mangkuk dengan jepit lidi. Hantaran hidangan ada yang diberikan dengan alas tampah/ tambir kecil dari anyaman bambu atau bisa pula dengan cobek tanah liat. Pelengkapnya adalah rujak 7 jenis buah.Upacara lima bulanan sulit ditemukan saat ini.
Dalam pandangan kebidanan : Upacara untuk kehamilan 5 bulanan ini merupakan dukungan psikologis dan spiritual yang baik bagi ibu  hamil. Dimana pada usia kehamilan 20 minggu janin sudah makin lincah bergerak, jantung berdetak dengan baik, dan organ tubuh bayi terbentuk. Kebutuhan akan zat makanan bergizi dan kalori juga tetap mendapat perhatian istimewa. Kehadiran sanak keluarga yang mengunjungi ibu hamil saat upacara ini  membantu mengurangi kecemasan, kesempatan saling berbagi pengalaman melewati masa masa kehamilan tiga bulan pertama yang sangat rawan. Upacara ini merupakan ungkapan syukur atas terlaluinya trimester pertama kehamilan dan mohon keselamatan untuk proses kehamilan berikutnya.

e.       Upacara enam bulanan
Dalam upacara ini dibuatkan kudapan khas yakni apem kocor terbuat dari tepung beras dan diberu kuah air gula aren. Untuk tradisi enam bulan ini juga jarang dilakukan. Namun demikian perlu kita tetap tahun.

f.       Upacara 7 bulanan.
Upacara yang biasa dikenal dengan tingkeban dan Mitoni ini masih sering kita jumpai di masyarakat. Hidangan khas adalah rujak dan dawet atau cendol beras. Menurut tradisi, bila rasa dawet dan rujaknya sedap berarti anaknya perempuan dan bila saat upacara membelah kelapa muda air kelapa muncrat tinggi berarti anak dalam kandungan laki-laki. Hidangan pelengkap lain adalah polo pendem yakni umbi umbian dan bisa juga kacang tanah yang direbus, urap urap, nasi megono dan tumpeng 7 buah kecil kecil, bubur beras merah putih, yang putih di makan suami, yang merah dimakan istri, urap–urap sayuran hijau 7 jenis, pisang raja, ampyang dan bola ketan kukus diwarna merah,kuning,hijau ,putih dan coklat. Telur 7 butir. Kudapan berupa jajan pasar melengkapi hidangan.
Dari pandangan kebidanan : Upacara 7 bulanan ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama kali dan merupakan dukungan bagi ibu hamil dimana dalam masa kehamilan trimester tiga, ibu hamil mengalami perubahan bentuk tubuh, biasanya bertambah gemuk dan merasa tidak cantik. Namun tradisi masyarakat justru mengangkat rasa percaya diri dan memperbaiki body image seorang ibu hamil agar tampak begitu mempesona dalam upacara siraman dan mandi bunga. Ibu hamil didandani dengan roncean bunga melati dan ganti jarik 7 kali. Ini saya lihat saat di Jogjakarta, kebetulan tetangga sebelah rumah mengadakan upacara tersebut. Sedangkan untuk hidangan makanan yang diadakan merupakan suatu sajian yang semakin komplit berbagai protein nabati dan hewani, berbagai sumber jenis zat kalori disertakan. Dengan harapan bahwa ibu hamil senantiasa selamat dan terjaga baik kondisi kesehatannya diiringi doa doa para sanak keluarga dan tetangga.

g.      Upacara delapan bulanan

Pada upacara ini, dihidangkan simbol bulus angrem ( kura kura sedang mengerami telur ). Uniknya hidangan terbuat dari klepon yakni adonan tepung ketan diwarnai pandan hijau dan diberi gula parut di dalamnya. Setelah matang klepon disusun dalam piring lalu di atasnya di telungkupkan kue serabi.
Pandangan kebidanan : Dalam penyajian kudapan ini memberi makna simbolik dan dukungan mental bagi ibu hamil dimana ia harus hati- hati menjaga kehamilan yang memasuki trimester ke tiga. Seperti perilaku positif seekor kura-kura yang setia mengerami telur-telur bakal anak anaknya. Kehamilan merupakan anugerah sekaligus menuntut tanggung jawab seorang calon ibu agar menjaga janin dalam kandungannya.
h.      Upacara 9 bulanan
Dalam upacara ini diadakan doa untuk mohon keselamatan dan kelancaran persalinan, dimana hidangan yang dibuat dinamakan bubur procot. Bubur ini dibuat dari tepung beras, gula merah dan santan. Cara membuatnya adalah ditanak, dan setelah matang dituang dalam takir daun pisang lalu diberi pisang kupas yang utuh di tengahnya.
Dalam pandangan kebidanan : Semua yang dilakukan dalam simbolik sajian ini ini erat kaitannya dengan dukungan mental bagi ibu yang akan bersalin. Menanamkan sugesti diri yang positif. Tak lupa disertai doa dari sanak keluarga dan para tetangga. Harapan bahwa menjelang proses persalinan tak kurang suatu apapun, ibu hamil melaluinya dengan tenang dan bahagia. Melahirkan dengan lancar tanpa penyulit.

Mitos Selama Kehamilan :
1.      Tidak boleh memotong atau menjahit baju.
Mitos: Tidak boleh memotong atau menjahit baju selama kehamilan atau anak akan lahir dengan bibir sumbing.
Fakta: Bibir sumbing biasanya karena pengaruh obat-obatan yang diminum ibu saat hamil, efek radiasi atau factor genetic. Oleh karenanya x-ray tidak dilakukan selama kehamilan kecuali atas indikasi tertentu.
2.      Minuman dari kacang kedeai (susu kacang) akan membuat kulit bayi bewarna putih.
Mitos: Minum susu kacang atau makanan dari kacang kedelai akan membuat bayi berkulit putih.
Fakta: warna kulit seseorang dipengaruhi oleh factor genetic ayah – ibunya, bukan dari susu kedelai.
3.      Jeruk akan meningkatkan lendir pada bayi dan resiko kuning pada bayi baru lahir.
Mitos: Jangan makan jeruk terlalu sering akan meningkatkan lendir pada paru bayi dan resiko kuning saat bayi lahir.
Fakta: Jeruk adalah sumber vitamin C dan serat yang baik.
4. Minum air es akan menyebabkan bayi besar.
Mitos: Sering minum es saat hamil menyebabkan bayi besar dan akan sulit lahir.
Fakta: Bayi besar biasanya berhubungan dengan ibu hamil yang mempunyai penyakit kencing manis. Jadi mungkin es ini diminum oleh ibu hamil yang memang dengan riwayat penyakit kencing manis. Jadi bukan minum es lalu menyebabkan bayi besar karena air es akan dikeluarkan oleh tubuh sebagai keringat atau air seni.
5.      Makanan pedas akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit kemerahan atau berkulit lebih gelap.
Mitos: Makan makanan pedas saat hamil akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit kemerahan atau bayi akan berkulit lebih gelap/hitam.
Fakta: Sekali lagi warna kulit seseorang tidak ditentukan oleh makanan pedas, tapi factor genetic dari orang tuanya. Dan faktanya bahwa makan makanan pedas saat hamil, membuat rasa tak enak diperut apalagi bila anda sedang mual, jadi bukan karena menyebabkan bercak kemerahan pada kulit.
6.       Bentuk wajah menandakan jenis kelamin bayi.
Mitos: Bentuk wajah anda selama hamil menandakan jenis kelamin bayi anda.
Fakta: Setiap wanita akan mengalami kenaikan berat badan selama hakil, begitupun mereka akan mengalami perubahan kondisi kulit yang berbeda-beda, dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi anda
7.       Dilarang membunuh binatang
Mitos: Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab dipercaya bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta:Tentu saja tidak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kekurangan gizi pada bayi maupun ibu, penyakit keturunan dan pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan berlebihan yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena faktor psikologis (misalnya shock, stress, pingsan). Tapi yang perlu diingat membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan.
8.  Dilarang makan buah dempet
Mitos: Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Fakta:Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar siam tidak dipengaruhi oleh makan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Kembar siam disebabkan karena adanya pembelahan dua sel janin yang tidak sempurna.
9.  Dilarang mengkonsumsi nanas
Mitos: Dilarang makan nanas karena nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
Fakta: Secara medis-biologis, getah nanas mudah mengandung senyawa yang dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya, demikian juga dengan nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C dengan kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.
10.   Membawa gunting lipat kemana saja
 Mitos:   Membawa gunting kecil atau pisau atau benda tajam lainnya di kantung baju si ibu agar janin terhindar dari bahaya.
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si ibu.

Perilaku sosial budaya terhadap kehamilan di dunia :
1.    Membakar
Di China, sudah menjadi tradisi bagi para suami untuk membawa istri mereka yang tengah hamil ke atas batu bara yang dibakar. Hal ini memastikan agar ia bisa melewati proses persalinan dengan selamat (meski terkadang mereka bisa mengalami luka bakar tingkat tiga).
2. Bercerita tentang mantan kekasih
Sebuah mitos lama di kalangan warga Rusia, yakni dengan saling bercerita nama-nama kekasih sebelumnya, diyakini bisa membuat proses persalinan lebih mudah. Tradisi ini telah memudar seiring banyak orang yang telah menyadari bahwa membicarakan bukan hal yang tepat dalam membentuk ikatan bagi para calon ibu dan ayah.
3.    Mengidam
Masyarakat Meksiko percaya bahwa wanita yang mengidam stroberi namun tidak memakannya akan melahirkan anak dengan tanda lahir menyerupai stroberi. Mereka yang mengidam cabai mungkin akan menderita.
4.    Tidak saling bersentuhan
Wanita Mongolia berusaha menghindari sentuhan saat hamil karena mereka yakin jenis kelamin sang bayi akan berubah jika dua orang wanita saling bersentuhan secara fisik.
5.    Tidak berhubungan seks saat hamil
Pada beberapa suku di Kenya, berhubungan seks saat hamil merupakan larangan yang dikhawatirkan akan melahirkan anak yang cacat. Untungnya, seks tidak dilarang sama sekali, atau mereka tidak akan punya anak sama sekali.
6.     Minum susu
Masyarakat Jamaika percaya bahwa minum banyak susu saat hamil akan menyebabkan anak mereka memiliki kulit yang cerah. Tidak ada informasi yang jelas apa yang akan terjadi jika mereka minum kopi atau minuman ringan.
7.    Dilarang menertawakan sesuatu
Wanita Cina yang sedang hamil dianjurkan untuk menghindari bergosip, tertawa terlalu kencang atau menghadiri pemakaman karena hal tersebut dapat menyebabkan sial. Namun, tidur dengan pisau di bawah kasur adalah cara yang sempurna untuk menjauhkan jiwa jahat.
Tradisi serupa juga berlaku di Indonesia. Wanita hamil biasanya menahan diri untuk tidak menjelek-jelekkan orang lain, atau membenci, mereka percaya, bayi yang lahir akan mirip dengan orang yang mereka benci.

Tradisi sosial budaya terhadap persalinan di beberapa wilayah di nusantara

1.      Tradisi Masyarakat Kalimantan pada Ibu melahirkan
Menjelang persalinan membutuhkan beberapa perlengkapan khusus, demikian pula bagi Suku Dayak ada beberapa perlengkapan suku dayak menjelang persalinan atau proses melahirkan yang harus dipersiapkan sedemikian rupa untuk menggelar beberapa ritual atau upacara adat suku Dayak dalam menjelang dan menyambut kelahiran seorang bayi.
Kultur budaya suku Dayak Kalimantan Tengah menempatkan kaum wanita pada derajat yang tinggi. Tak heran, kedudukan wanita dalam masyarakat dayak memang spesial, kaum perempuan selalu mendapatkan perhatian penuh, terlebih saat proses menjelang persalinan.
Fase Melahirkan dalam budaya Suku Dayak mengisyaratkan perlunya sejumlah persiapan termasuk persiapan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan. Pada proses jelang melahirkan bayi atau Awau, sang calon ibu dibaringkan pada sebuah dipan kecil dengan posisi miring terbuat dari kayu yang disebut Sangguhan dengan motif ukiran Dayak di masing-masing sisi.
Kemudian saat melahirkan, disiapkan pula Botol sebagai tempat untuk menungku perut ibu agar darah kotor cepat keluar. Selain sebagai perlengkapan suku dayak menjelang persalinan Botol Mau ini juga digunakan untuk menyiman air panas.
Selanjutnya, keluarga yang melahirkan juga perlu menyiapkan Kain Bahalai (Jarik dalam bahasa Jawa) dengan lapisan yang berbeda. Tujuh lapis kain bahalai saat menyambut bayi laki-laki dan lima lapis kain bahalai untuk bayi dengan jenis kelamin perempuan. Walaupun sebagai peralatan penunjang, keberadaannya dalam persiapan prosesi persalinan menurut budaya Suku Dayak mutlak diperlukan.
Pada fase ketika bayi telah lahir, maka tali pusar atau ari-ari bayi dipotong menggunakan sebuah sembilu. Untuk tahap pertama dan pemotongan terakhir ari-ari dengan uang ringgit. Kedua perlengkapan suku dayak menjelang persalinan tersebut disiapkan sejak awal dalam sebuah piring atau Paraten. Sedangkan ari-ari yang terpotong tadi disimpan di dalam Kusak Tabuni.
Bayi (awau) yang baru lahir dimandikan dalam Kandarah, dan popok bayi yang digunakan disimpan dalam Saok. Bagi sang ibu setelah melahirkan biasa menggunakan Stagen (Babat Kuningan) untuk mengikat perut agar mengembalikan perut ibu ke kondisi semula dengan cepat. Tentunya untuk menjaga tubuh ibu setelah melahirkan dan juga berfungsi untuk berjaga-jaga dalam kondisi yang tidak terduga seperti sulitnya bayi keluar, masyarakat Dayak memiliki cara yang khas dan bernuansa magis, yakni menggunakan buah kelapa yang bertunas untuk kemudian disentuhkan ke arah selaput bayi. Tujuan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan tersebut adalah agar dapat membuka ruang sehingga bayi dapat keluar dengan mudah

2. Tradisi Masyarakat NTT Ibu melahirkan
Proses melahirkandengan di urut oleh seseorang yang diangap ahli,Setelah ada kelahiran bayi diadakan upacara atau ritual selamatan
Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap ari-ari :
1.Tali pusar dipotong menggunakan kulit babmbu.
2. Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.
3. Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.




BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Seringkali penularan PMS pada janin terjadi saat persalinan, saat melalui jalan lahir yang terinfeksi. Namun, sejumlah infeksi juga dapat terjadi secara transplasenta dan menyebabkan infeksi janin intrauterin.
Hal yang penting untuk memastikan bahwa wanita hamil bebas dari PMS yaitu pada kunjungan antenatal pertama harus dilakukan skrining untuk beberapa jenis PMS, termasuk sifilis, gonoroe, dan HIV/AIDS. Beberapa jenis PMS dapat disembuhkan dengan obat, namun tidak semua jenis PMS dapat diobati dengan obat. Bila jenis PMS yang diderita termasuk jenis yang sulit disembuhkan maka harus diambil langkah terbaik untuk melindungi janin yang dikandung.
3.2.   Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan, kita harus tanggap terhadap gejala-gejala maupun keluhan-keluhan dari pasien sehingga kita dapat mengambil langkah yang tepat dalam mendiagnosa suatu penyakit dan memberikan terapi pengobatan yang adekuat terhadap penyakit yang diderita pasien.